KOMPAS.com - Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) malam menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai sedikitnya 4.000 orang.
Banyak yang beranggapan, ledakan itu disebabkan oleh gunang penyimpanan amonium nitrat dalam jumlah besar.
Ledakan awal menyulut api, sementara ledakan kedua menyebabkan awan jamur apokaliptik dan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kota. Ledakan ini meratakan bangunan dan melukai ribuan orang.
Amonium nitrat, yang digunakan dalam pupuk dan pembuatan bom, adalah garam yang terbuat dari amonium dan asam nitrat dan sangat mudah meledak.
Baca juga: Ledakan Lebanon, Apa Itu Amonium Nitrat dan Kenapa Sangat Berbahaya?
Semakin banyak amonium nitrat, atau NH4-NO3, semakin besar daya ledaknya.
Ada banyak laporan, amonium nitrat ini disimpan di pelabuhan.
Dalam pemberitaan The Washington Post, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab bahkan mengatakan ada lebih dari 2.900 ton amonium nitrat disimpan di pelabuhan sejak 2014.
Diab juga mengatakan pejabat pelabuhan telah memperingatkan bahaya menyimpan begitu banyak bahan kimia peledak di pelabuhan.
Amonium nitrat sering ditambahkan untuk meningkatkan kandungan nitrogen pupuk.
Ini relatif stabil dalam banyak kondisi dan tidak mahal untuk diproduksi, membuat bahan kimia tersebut menjadi alternatif populer untuk sumber nitrogen lain yang lebih mahal.
Namun, amonium nitrat memiliki potensi kerugian yang mematikan.
Senyawa ini dianggap sebagai pengoksidasi, yang berarti pada tingkat atom, ia menghilangkan elektron dari zat lain dalam reaksi kimia.
Artinya dalam arti yang lebih praktis adalah meningkatkan pembakaran bahan bakar dengan meningkatkan oksigen yang tersedia untuk bahan bakar tersebut.
Untuk memulai reaksi, amonium nitrat harus bersentuhan dengan nyala api terbuka atau sumber penyulutan lainnya.
Dalam insiden di Beirut, Lebanon, para ahli mengatakan begitu reaksi dipicu, amonium nitrat meledak dengan hebat.