Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Makan Makanan Manis Saat Kecil Pengaruhi Kesehatan Usus Seumur Hidup, Kok Bisa?

Kompas.com - 08/02/2021, 10:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis


KOMPAS.com - Hampir semua jenis makanan manis selalu disukai anak-anak. Sebagian orangtua mungkin menilai makanan manis bukanlah sesuatu yang berbahaya, sehingga anak bisa menikmatinya kapan pun.

Namun nyatanya, makan terlalu banyak lemak dan gula saat anak-anak, dapat mengubah mikrobioma usus seumur hidup, bahkan jika kemudian anak Anda belajar makan lebih sehat.

Hal tersebut didapat dari sebuah studi baru pada tikus, yang dilakukan oleh para peneliti UC Riverside.

Pada studi yang telah diterbitkan dalam Journal of Experimental Biology ini, salah satu yang pertama menunjukkan penurunan yang signifikan dalam jumlah total dan keragaman bakteri usus pada tikus dewasa yang diberi makanan tidak sehat saat remaja.

Baca juga: Awas, Makanan Manis Bisa Sebabkan Kulit Berjerawat

"Kami mempelajari tikus, tetapi efek yang kami amati setara dengan anak-anak yang menjalani pola makan Barat, tinggi lemak dan tinggi gula dan mikrobioma usus mereka masih terpengaruh hingga enam tahun setelah pubertas," jelas ahli fisiologi evolusioner UCR Theodore Garland.

Mikrobioma mengacu pada semua bakteri serta jamur, parasit, dan virus yang hidup di dalam manusia atau hewan.

Sebagian besar mikroorganisme ini ditemukan di usus, dan kebanyakan membantu merangsang sistem kekebalan, memecah makanan, dan membantu mensintesis vitamin kunci.

Dalam tubuh yang sehat, ada keseimbangan antara patogen dan organisme menguntungkan. Namun, jika keseimbangannya terganggu, baik melalui penggunaan antibiotik, penyakit, atau pola makan yang tidak sehat, tubuh akan lebih mudah terserang penyakit.

Dalam studi ini, tim Garland mencari dampak pada mikrobioma setelah membagi tikus mereka menjadi empat kelompok: setengah diberi makan makanan standar 'sehat', setengah diberi makanan 'Barat' yang kurang sehat, setengah dengan akses ke roda lari untuk olahraga, dan setengah tanpa akses olahraga.

Baca juga: Seri Baru jadi Ortu: 4 Bahaya jika Anak Sering Makan Makanan Manis

Setelah tiga minggu dihabiskan untuk pola makan ini, semua tikus dikembalikan ke pola makan standar dan tidak berolahraga, yang biasanya dilakukan pada tikus di laboratorium. Dalam waktu 14 minggu, tim meneliti keanekaragaman dan kelimpahan bakteri pada tikus.

Melansir Science Daily, peneliti menemukan, jumlah bakteri seperti Muribaculum intestinale berkurang secara signifikan pada kelompok pola makan Barat. Jenis bakteri ini terlibat dalam metabolisme karbohidrat.

Analisis juga menunjukkan, bahwa bakteri usus sensitif terhadap jumlah latihan yang dilakukan tikus.

Bakteri muribaculum meningkat pada tikus yang diberi diet standar, yang memiliki akses ke roda lari untuk berolahraga dan menurun pada tikus yang menjalani diet tinggi lemak, baik mereka berolahraga atau tidak.

Baca juga: Kenapa Anak Hiperaktif Tak Boleh Diberi Makanan Manis dan Gula?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com