Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Hujan Meteor Leonid yang Hadir Sepanjang November

Kompas.com - 17/11/2020, 17:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

3. Bersumber dari komet Tempel-Tuttle

Hujan meteor ini bersumber dari remah-remah debu dan pasir yang dilepaskan komet Tempel-Tuttle yaitu komet periodik dengan periode 33 tahun. 

Meteor-meteor dalam hujan meteor ini dikenal memiliki kecepatan tertinggi di antara benda-benda langit anggota tata surya lainnya, yakni 72 km/detik relatif terhadap Bumi. 

Akibatnya, walau ukuran partikelnya kecil atau umumnya di bawah 5 mm, gesekan dengan atmosfer mengakibatkannya terbakar, sehingga tampak seperti bintang jatuh.

Berdasarkan keterangan resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), saat di puncak aktivitasnya, jumlah meteor Leonid yang memasuki atmosfer bumi diperkirakan bisa mencapai 500 per jam.

Namun, ketampakan yang dapat terlihat terkait intensitas meteor adalah berkisar 11 meteor per jam di Pulau Rote dengan ketinggian titik radian ketika kulminasi sekitar 52 derajat, hingga 14 meteor per jam di Pulau Weh yang ketinggian kulminasinya 69 derajat.

Baca juga: Hujan Meteor Draconid, Pernah Jadi Hujan Meteor Spektakuler

4. Bisa dilihat dengan mata telanjang

Seluruh tempat di Indonesia bisa menyaksikan hujan meteor Leonid ini, dengan syarat langit cerah, bebas polusi cahaya, dan berada di tempat gelap seperti pinggir kota atau lebih baik pedesaan.

"Menyaksikan hujan meteor ini justru sebaiknya dengan menggunakan mata telanjang saja," kata dia.

Perangkat fotografis sebenarnya boleh digunakan, tetapi umumnya membutuhkan perangkat kamera sekelas DSLR dengan setting tertentu yang agak sulit.

Anda dapat mencoba mengamati hujan meteor Leonid ini mulai dari tengah malam hingga fajar, dengan titik radian berada di belahan langit utara.

Berdasarkan keterangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), hujan meteor Leonid dapat disaksikan sejak pukul 00.30 WIB hingga terbit Matahari pukul 05.25 WIB.

5. 33 tahun sekali terjadi badai

Dijelaskan Marufin, hujan meteor Leonid adalah hujan meteor bersejarah yang terkenal memproduksi badai meteor, dengan intensitas lebih dari 1.000 meteor perjam setiap 33 tahun sekali.

"Terakhir badai meteor itu terjadi di bulan November 2001," kata Marufin kepada Kompas.com, Senin (16/11/2020).

Untuk diketahui, meteor-meteor Leonid semula merupakan meteorid-meteorid yang berasal dari remah-remah debu dan pasir yang dilepaskan oleh komet Tempel-Tuttle.

"Komet ini memiliki periode 33 tahun," ujarnya.

Sehingga, secara sederhananya setiap 33 tahun sekali terdapat pasokan baru sumber meteorid Leonid ini.

Terlebih jika dikombinasikan dengan pengaruh gravitasi Jupiter, inilah yang menyebabkan terjadinya badai meteor setiap rata-rata 33 tahun sekali.

Baca juga: Fenomena Langit Oktober: Hujan Meteor Draconids hingga Asteroid 2020 SX3

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com