Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir seperti 2016, April 2020 Jadi Bulan Terpanas

Kompas.com - 12/05/2020, 09:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Analisis terhadap data temperatur global menunjukkan April 2020 menjadi bulan dengan suhu yang tinggi, hampir mendekati suhu terpanas yang terjadi pada April 2016.

Hal itu berdasarkan laporan Layanan Perubahan Iklim Copernicus (Copernicus Climate Change Service/C3S) yang dimiliki oleh Uni Eropa.

Sebelumnya April 2016 menjadi bulan April terpanas yang tercatat secara global. Kini, April 2020 mencatat suhu yang sedikit lebih rendah yakni 0,01 derajat Celsius dari suhu April 2016.

Baca juga: Diprediksi, 2020 Menjadi Tahun Terpanas dalam Satu Dekade Terakhir

Melansir IFL Science, Senin (11/5/2020), laporan tersebut sekaligus mengindikasikan lebih lanjut bahwa tahun 2020 kemungkinan menjadi tahun terpanas.

Secara global, daerah yang mengalami suhu paling di atas rata-rata pada April 2020 adalah Siberia, Greenland bagian utara dan tengah, Teluk Alaska, serta tentunya Antartika atau Kutub Selatan dan Arktik atau Kutub Utara.

Luas tutupan salju di wilayah kutub pun terlihat lebih sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata tutupan salju di tahun 1981-2010.

Kawasan Eropa juga mendapati bulan yang lebih panas di sebagian besar wilayahnya. Suhu menjadi yang lebih panas dari rata-rata di bagian barat benua, namun lebih dingin di bagian timur laut.

Inilah kota Villa Las Estrellas milik Chile yang ada di kawasan Antarktika. Di sana, sejak usia enam tahun setiap penduduknya diwajibkan menghilangkan usus buntu.Wikimedia Commons via Oddity Central Inilah kota Villa Las Estrellas milik Chile yang ada di kawasan Antarktika. Di sana, sejak usia enam tahun setiap penduduknya diwajibkan menghilangkan usus buntu.

Bulan yang benar-benar terik juga dirasakan di Swiss. Suhu rata-rata negara Pegunungan Alpen tersebut 3 derajat Celsius pada bulan April, di atas rata-rata suhu selama 30 tahun terakhir.

Suhu disana juga pernah hampir mencapai 5 derajat Celsius, berada di atas rata-rata dibandingkan pada tahun 1871-1900.

Baca juga: Dampak Pemanasan Global, Fenomena Iklim Kuno Dapat Muncul Lagi di Samudra Hindia

Meski suhu rata-rata global terus meningkat, namun secara tak terduga beberapa wilayah mengalami suhu yang lebih dingin dari biasanya. Hal itu terjadi pada wilayah Kanada bagian tengah, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.

Selama 12 bulan terakhir, suhu global memang menunjukkan peningkatan 1,3 derajat Celsius lebih hangat daripada era pra-industri. Angka ini mendekati ambang batas maksimal kenaikan temperatur 1,5 derajat Celsius yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris 2015.

Namun jika tren pemanasan global saat ini masih terus berlanjut dan tidak ada perubahan pada perjanjian tersebut, maka ambang batas 1,5 derajat Celsius akan tercapai pada tahun 2030.

Baca juga: Pemanasan Global, 2019 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Sejak memasuki era revolusi industri, manusia telah menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar ke atmosfer.

Bahkan tingkat karbon dioksida di atmosfer sudah mencapai 415 parts per million (ppm), jauh lebih tinggi dari tingkat mana pun dalam 800.000 tahun terakhir.

PBB menyebut agar peningkatan suhu global tetap berada di bawah batas 1,5 derajat Celsius maka manusia perlu mengurangi emisi sebesar 7,6 persen setiap tahunnya selama dekade mendatang.

Kini, dengan adanya pandemi global Covid-19, maka emisi diperkirakan turun sebesar 8 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com