Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurva Covid-19 Disebut Melambat, Ahli: Rasio Test di Indonesia Rendah

Kompas.com - 11/05/2020, 07:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Oleh sebab itu, Iqbal menekankan untuk tidak terlalu terburu-buru dalam mengklaim penurunan kasus dalam kurva Covid-19. Lantaran, hal itu malah membuat publik menjadi skeptis, mempertanyakan angka dari klaim tersebut.

"Jangan terlalu terburu-buru, sabar dulu. Lihat dulu rasio pemeriksaan kita, kalau sudah yakin tinggi pemeriksaannya seperti Vietnam dan Malaysia, kita memang betul-betul mencari yang positif, baru kita boleh klaim terjadi penurunan kasus," ujarnya.

Kurva Covid-19 yang Dilaporkan Pemerintah Tak Sesuai Standar

Selain rasio test, Iqbal juga menyatakan kurva Covid-19 yang disampaikan pemerintah pada publik bukanlah kurva yang sesuai standar ilmu epidemiologi. Sehingga sulit untuk jadi tolok ukur dalam menilai perkembangan kasus yang sesungguhnya.

Dalam kurva, pemerintah hanya menampilkan sumbu Y (vertikal) yang menunjukkan jumlah kasus konfirmasi tambahan, sedangkan sumbu X (horisontal) mengenai tanggal pelaporan ke publik.

Standarnya, kurva epidemi terdiri dari sumbu Y yang menunjukkan jumlah kasus baru. Sedangkan sumbu X mengindikasikan patokan waktu analisis yang terkait dengan jumlah kasus baru, seperti tanggal orang terinfeksi, tanggal mulai bergejala, dan tanggal diperiksa.

Baca juga: Ahli: Mutasi Virus Corona Sesuatu yang Wajar, Ini Sebabnya

Jumlah kasus konfirmasi tambahan tidaklah sama artinya dengan jumlah kasus baru. Angka jumlah kasus harian yang dilaporkan tidak bisa menjelaskan laju infeksi harian pada hari sebelumnya.

Dengan kata lain, turunnya angka kasus harian itu tidak bisa langsung dibaca sebagai turunnya laju infeksi harian.

Kurva kasus Covid-19 di Indonesia sangat terpengaruh dengan lamanya jarak waktu antara sampel diambil dengan hasil pemeriksaan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan. Beberapa kasus bahkan menunjukkan hasil tes swab bisa mencapai 14-20 hari.

Oleh sebab itu, laporan hasil dari lab tak berhubungan dengan frekuensi jumlah kasus baru yang sesungguhnya. Ini tidak bisa jadi patokan bahwa laju infeksi harian sudah menurun hanya dengan data tersebut.

"Jadi ada dimensi lain yang perlu di perhatikan di Indonesia karena lamanya waktu pemeriksaan," kata Iqbal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com