Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurva Covid-19 Disebut Melambat, Ahli: Rasio Test di Indonesia Rendah

Kompas.com - 11/05/2020, 07:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kurva Covid-19 di Indonesia diklaim mulai melambat oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, berdasarkan laju data yang dilaporkan setiap harinya oleh pemerintah.

Ahli biostatistik Eijkman Oxford Clinical Research Unit, Iqbal Elyazar, memberikan catatan pada kurva Covid-19 yang disampaikan pemerintah. Salah satunya terkait jumlah tes atau pemeriksaan pada orang yang berisiko tertular Covid-19.

Baca juga: [UPDATE] - Pergerakan Data Harian Covid-19 di Indonesia

Rasio test Covid-19 di Indonesia disebutnya sangat rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Padahal test ini sangat penting bagi salah satu indikator dalam kurva epidemi yang terkait dengan jumlah kasus baru.

Semakin banyak pemeriksaan untuk menemukan orang yang positif Covid-19, maka semakin baik kurva epidemi menjelaskan realitas yang sedang terjadi.

Dengan kata lain, besaran jumlah orang yang diperiksa menentukan seberapa besar derajat kepercayaan terhadap kurva epidemi tersebut.

Baca juga: Ahli: Pemerintah Perlu Buat Kurva Epidemiologi Covid-19 Sesuai Standar

"Perlu melihat rasio tes terhadap populasi berisiko. Ada beberapa negara yang populasinya besar dan tidak. Rasio ini akan menunjukkan seberapa intens pemeriksaannya," kata Iqbal dalam diskusi online "Mengenal Kurva Epidemi Covid-19", Sabtu (10/5/2020).

Kurva perkembangan kasus terkonfirmasi Covid-19 per hari.IQBAL ELYAZAR Kurva perkembangan kasus terkonfirmasi Covid-19 per hari.

Dia menjelaskan, Italia memiliki rasio pemeriksaan 39 orang per 1.000 penduduk dengan PCR. Intensitas pemeriksaannya mulai meningkat tajam pada akhir Maret 2020.

Amerika Serikat dengan rasio 24 orang per 1.000 penduduk, peningkatan tes terjadi mulai akhir Maret 2020. Korea Selatan tercatat 12 orang per 1.000 penduduk, intensitas pemeriksaan terus meningkat sejak akhir Februari 2020.

Baca juga: Kurva Covid-19 di Indonesia Melandai, Apa yang Salah dari Datanya?

Malaysia memiliki rasio 7 orang per 1.000 penduduk dengan peningkatan pemeriksaan mulai terlihat pada akhir Maret 2020. Rasio Vietnam tercatat 2,7 orang per 1.000 penduduk, yang pemeriksaannya mulai meningkat pada akhir Maret 2020.

India memiliki rasio 1 orang per 1.000 penduduk, intensitas pemeriksaan mulai meningkat di akhir April 2020 meski tak signifikan.

Sementara Indonesia, rasio pemeriksaannya 0,4 orang per 1.000 penduduk. Intensitas pemeriksaan cukup landai, meningkat pada awal Mei 2020 meski tak signifikan.

RAPID TEST-Ratusan karyawan PT Digjaya Mulia Abadi (mitra PT HM Sampoerna) Madiun menjalani rapid test menyusul makin banyaknya pegawai PT HM Sampoerna di Surabaya yang dinyatakan positif Covid-19.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI RAPID TEST-Ratusan karyawan PT Digjaya Mulia Abadi (mitra PT HM Sampoerna) Madiun menjalani rapid test menyusul makin banyaknya pegawai PT HM Sampoerna di Surabaya yang dinyatakan positif Covid-19.

Iqbal membandingkan data tersebut, antara Indonesia dengan Vietnam yang juga negara berkembang di Asia Tenggara namun dinilai sukses mengendalikan penularan Covid-19. Cakupan pemeriksaan Vietnam 10 kali lipat dari Indonesia.

Data lainnya, dari sekitar 8.000 orang yang diperiksa, Vietnam menemukan 1 kasus positif Covid-19. Sedangkan Indonesia, dari 7 orang diperiksa, 1 kasus positif langsung ditemukan.

Artinya, klaim bahwa kasus baru telah turun di Vietnam lebih meyakinkan karena mereka telah berusaha keras mencari satu kasus positif saja. Sedangkan di Indonesia, satu kasus positif ditemukan cukup dengan memeriksa 7 orang.

"Dengan kata lain, masih banyak orang yang terinfeksi tetapi belum diperiksa," katanya.

Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, Kapan Ibu Hamil Sebaiknya Kontrol Kandungan?

Oleh sebab itu, Iqbal menekankan untuk tidak terlalu terburu-buru dalam mengklaim penurunan kasus dalam kurva Covid-19. Lantaran, hal itu malah membuat publik menjadi skeptis, mempertanyakan angka dari klaim tersebut.

"Jangan terlalu terburu-buru, sabar dulu. Lihat dulu rasio pemeriksaan kita, kalau sudah yakin tinggi pemeriksaannya seperti Vietnam dan Malaysia, kita memang betul-betul mencari yang positif, baru kita boleh klaim terjadi penurunan kasus," ujarnya.

Kurva Covid-19 yang Dilaporkan Pemerintah Tak Sesuai Standar

Selain rasio test, Iqbal juga menyatakan kurva Covid-19 yang disampaikan pemerintah pada publik bukanlah kurva yang sesuai standar ilmu epidemiologi. Sehingga sulit untuk jadi tolok ukur dalam menilai perkembangan kasus yang sesungguhnya.

Dalam kurva, pemerintah hanya menampilkan sumbu Y (vertikal) yang menunjukkan jumlah kasus konfirmasi tambahan, sedangkan sumbu X (horisontal) mengenai tanggal pelaporan ke publik.

Standarnya, kurva epidemi terdiri dari sumbu Y yang menunjukkan jumlah kasus baru. Sedangkan sumbu X mengindikasikan patokan waktu analisis yang terkait dengan jumlah kasus baru, seperti tanggal orang terinfeksi, tanggal mulai bergejala, dan tanggal diperiksa.

Baca juga: Ahli: Mutasi Virus Corona Sesuatu yang Wajar, Ini Sebabnya

Jumlah kasus konfirmasi tambahan tidaklah sama artinya dengan jumlah kasus baru. Angka jumlah kasus harian yang dilaporkan tidak bisa menjelaskan laju infeksi harian pada hari sebelumnya.

Dengan kata lain, turunnya angka kasus harian itu tidak bisa langsung dibaca sebagai turunnya laju infeksi harian.

Ilustrasi pencegahan dan penularan virus corona, Covid-19 di udaraShutterstock Ilustrasi pencegahan dan penularan virus corona, Covid-19 di udara

Kurva kasus Covid-19 di Indonesia sangat terpengaruh dengan lamanya jarak waktu antara sampel diambil dengan hasil pemeriksaan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan. Beberapa kasus bahkan menunjukkan hasil tes swab bisa mencapai 14-20 hari.

Oleh sebab itu, laporan hasil dari lab tak berhubungan dengan frekuensi jumlah kasus baru yang sesungguhnya. Ini tidak bisa jadi patokan bahwa laju infeksi harian sudah menurun hanya dengan data tersebut.

"Jadi ada dimensi lain yang perlu di perhatikan di Indonesia karena lamanya waktu pemeriksaan," kata Iqbal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com