Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2020, 10:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Sebuah penelitian menunjukkan SARS-CoV-2, virus corona yang menyebabkan Covid-19 telah bermutasi menjadi dua strain. Satu diantaranya bahkan diyakini lebih agresif, sehingga cepat menular.

Meski demikian, mutasi ini menjadi perdebatan antar ilmuwan. Sebagian di antaranya menyakini tidak ada bukti jika virus corona telah berubah menjadi lebih cepat menular.

Saat ini istilah 'mutasi' memberikan konotasi yang menakutkan terhadap perubahan yang terjadi pada suatu virus.

Seolah-olah berdampak pada betapa mudahnya menginfeksi dan seberapa serius dapat menyebabkan manusia jatuh sakit. Padahal, mutasi merupakan bagian yang normal dalam siklus kehidupan suatu virus.

Baca juga: Virus Corona SARS-CoV-2 di Indonesia, dari Mana Asalnya?

Virus terdiri dari materi genetik atau RNA yang terbungkus oleh protein. Ketika menginfeksi inang, seperti manusia, virus membuat salinan baru dari data genetik mereka untuk ditiru.

Namun, terkadang salinan tersebut tidak sesuai, membuat perubahan kecil dalam informasi genetik virus.

Seperti anak-anak yang melakukan kesalahan ketika menyalin informasi dari papan tulis ke bukunya, terjadi sedikit perubahan. Nah, itulah yang disebut mutasi.

"Mutasi virus adalah fitur replikasi virus yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Meskipun penting untuk memantau mutasi virus. tapi bukan berati jadi satu-satunya perhatian," ujar Oscar MacLean, seorang Bioinformatika di Pusat Penelitian Virus University of Glasgow, Inggris seperti dilansir dari Newsweek, Jumat (8/5/2020).

Baca juga: Ini Alasan Rekomendasi Cegah Covid-19 Wajib Dipatuhi

Semua orang setuju bahwa SARS-CoV-2 memang telah bermutasi, tapi itu bukanlah suatu hal yang mengejutkan, mengingat mutasi adalah siklus yang normal pada suatu virus. Sejauh ini, ada 7.237 mutasi yang telah didokumentasikan.

Pekan ini, memang terdapat beberapa hasil penelitian yang dipublikasikan terkait perkembangan mutasi virus corona yang sebabkan Covid-19, baik dari University College London, Inggris maupun Arizona State University, Amerika Serikat.

Meski demikian, perlu mutasi yang sangat signifikan agar jenis baru SARS-CoV-2 dapat dideklarasikan.

Para ahli menyatakan, hingga saat ini belum ada bukti terjadinya perubahan signifikan pada virus yang menyebabkan Covid-19.

MacLean mengingatkan, harus berhati-hati untuk mendeskripsikan 'tipe' baru dari virus corona. Lantaran, ini bisa menjadi istilah yang terlalu sugestif bagi masyarakat.

Merujuk pada sebuah penelitian yang dilakukannya dan telah diterbitkan dalam jurnal Virus Evolution, MacLean mengatakan tidak ada bukti konklusif yang menyatakan bahwa 7.237 mutasi tersebut memiliki efek pada perubahan fungsi SARS-CoV-2.

"Sebagian besar mutasi ini kemungkinan akan menemui jalan buntu, baik yang terjadi pada individu dan pada yang tidak ditransmisikan atau dalam rantai transmisi, akan gagal secara kebetulan," katanya.

Ilustrasi 3D virus corona yang menyebabkan Covid-19SHUTTERSTOCK/CORONA BOREALIS STUDIO Ilustrasi 3D virus corona yang menyebabkan Covid-19

Baca juga: Pengembangan Vaksin Perlu Pertimbangkan Dampak Mutasi Virus Corona, Mengapa?

Halaman:
Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com