Selanjutnya, kemungkinan beberapa dari mereka yang meninggal dan dikubur di bawah Stonehenge seperti yang ditemukan saat ini.
Hasil penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya hubungan antar-wilayah yang melibatkan perpindahan skala besar baik dari sisi material, orang-orang dalam konstruksinya, dan penggunaan Stonehenge pada 5000 tahun yang lalu.
“Penemuan terbaru ini (juga menunjukkan) bahwa beberapa informasi biologis yang bertahan dari suhu tinggi (1.000 derajat Celsius) yang diperoleh selama proses kremasi menawarkan kemungkinan untuk mempelajari asal-usul mereka yang dimakamkan di Stonehenge,” ungkap Snoek dikutip dari Science Daily , Jumat (03/08/2018).
Baca juga: Apa Fungsi Stonehenge? Kini Ilmuwan Tahu Jawabannya
John Pouncett, penulis utama penelitian ini, menambahkan bahwa kombinasi kuat dari isotop dan teknologi spasial memberikan wawasan baru tentang siapa yang membangun Stonehenge.
Beberapa ahli mengomentari temuan baru ini. Salah satunya adalah Dr Rick Schulting, profesor ilmiah dan arkeologi prasejarah.
Dr Schulting berekomentar, penelitian ini menyoroti betapa pentingnya peninjauan kembali temuan lama.
Ia juga menjelaskan, sisa-sisa kremasi di sekitar Stonehenge yang pertama kali ditemukan oleh Kolonel William Hawley itu memungkinkan bagi Mike Parker Pearson (yang mengeskavasi tulang belulang di Stonehenge) dan timnya menggali kembali untuk menerapkan berbagai metode analisis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.