Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli: Jamur Pangan Alternatif di Tengah Pandemi Ancam Ketahanan Pangan

KOMPAS.com- Memburuknya pola konsumsi pangan bergizi di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi ini, diduga terjadi akibat menurunnya daya beli selama pandemi dan berdampak pada kualitas kesehatan individu.

Peneliti Bidang Industri dan Perdagangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Purwanto M.Econ.St menyampaikan dampak pandemi Covid-19 terhadap kualitas konsumsi pangan masyarakat bisa menyebabkan beragam persoalan.

Di antaranya ketersediaan pangan yang berkurang karena melemahnya usaha petani khususnya komoditas sayuran, pendistribusian pangan yang terbatas dengan adanya protokol kesehatan, perubahan pola penjualan bahan pangan dan juga menurunnya daya beli masyarakat.

"Terganggunya rantai pasok pangan ini juga mengancam ketahanan pangan sampai ke tingkat keluarga atau rumah tangga," kata Purwanto dalam diskusi daring bertajuk Jamur Pangan sebagai Sumber Protein Nabati di Masa Pandemi Covid-19, Rabu (7/10/2020).

Data sebelum pandemi yaitu tahun 2019, indeks ketahanan pangan sebenarnya sejak tahun 2000 semakin naik peringkat.

Belum ada angka gambaran keseluruhan ketahanan pangan di tengah pandemi ini. Tetapi, kata Purwanto, ada sejumlah indikator yang bisa mempengaruhi persoalan ketahanan pangan yang di hadapi di tengah pandemi ini.

Ia juga menegaskan bahwa permasalahan ketahanan pangan di masa pandemi ini merupakan permasalahan global yang jika tidak ditangani atau diantisipasi segera, maka salah satu dampak buruk yang tidak diharapkan adalah munculnya klaster baru Covid-19 yaitu dari sektor pertanian.

"Tantangan dari ketahanan pangan ini juga bentuk upaya memperbaiki pola konsumsi masyarakat dari asal perut kenyang, menjadi pola pangan dengan gizi seimbang," jelasnya.

Para ahli pun menyadari bahwa saat ini masyarakat yang mengonsumsi pangan asal kenyang tersebut memang karena tuntutan penyesuain terhadap kondisi ekonomi yang juga melemah ini.

Namun, bukan berarti masyarakat tidak punya pilihan alterntaif lainnya.

Para ahli mengingatkan, saat ini adalah saat yang baik untuk masyarakat dapat melirik dan perlu melakukan penyesuaian baru konsumsi tanpa mengorbankan kualitas gizi dengan memilih pangan yang tepat, tersedia di sekitar dan terjangkau meski pendapatan sektor ekonomi sedang menurun.

Jamur alternatif pangan bergizi

Salah satu alternatif pangan bergizi, yang tersedia di sekitar, mudah dibudidaya sendiri dan murah harganya adalah jamur pangan.

Direktur Eksekutif Asia Pasific Centre for Ecohydrology (APCE)- UNESCO Category II Centre, Ignasius Dwi Atmana Sutapa menjelaskan bahwa jamur pangan menjadi salah satu komoditas pangan pilihan masyarakat yang paling mudah dibudidayakan oleh rumah tangga.

"Jamur pangan mempunyai kualitas pangan yang cukup baik, padat gizi, dan membantu kebutuhan asupan protein ketika daya beli masyarakat menurun," kata Ignas.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi, Iwan Saskiawan menambahkan, selain jamur bisa dibudidaya dan membantu mencapai target ketahanan pangan SDGs, ada beberapa alasan lain kenapa jamur bisa dijadikan pilihan terbaik oleh kita di Indonesia dalam ketahanan pangan ini.

Di antaranya seperti teknologi sederhana, ramah lingkungan, menyerap tenaga kerja, waktu budidaya singkat, dan menghasilkan bahan pangan yang bergizi.

Beberapa jenis jamur pangan yang bernilai ekonomi adalah.

  1. Jamur kancing
  2. Jamur tiram
  3. Jamur shitake
  4. Jamur kuping
  5. Jamur merang
  6. Jamur taoge (enoki)

Jamur pangan ini bisa dijadikan alternatif pemenuhan ketahanan pangan terutama dari lini terbawah yaitu ketahanan rumah tangga di masa pandemi Covid-19, melalui budidaya jamur pangan mandiri di rumah.

Hal ini juga nantinya akan diselaraskan dengan target ketercapaian ketahanan pangan yang sesuai dengan tujuan sustainable development (SDGs) di era new normal atau adaptasi kebiasaan baru Indonesia.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/13/133100923/ahli--jamur-pangan-alternatif-di-tengah-pandemi-ancam-ketahanan-pangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke