Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa Rangkasbitung Terasa hingga Jakarta, Kenapa Rasanya Bergoyang Naik Turun?

KOMPAS.com - Tadi siang pukul 11.44 WIB, gempa berkekuatan M 5,4 mengguncang wilayah Rangkasbitung, Banten.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), parameter update gempa itu terpantau dengan magnitudo 5,1.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, ST, Dipl Seis, MSc menyebutkan bahwa episenter gempa bumi terletak pada koordinat 6,70 LS dan 106,15 BT.

Lokasi tepatnya berada di darat pada jarak 18 km arah barat daya Rangkasbitung, Banten, pada kedalaman 87 km.

Gempa ini pun dirasakan di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta.

Diwartakan Kompas.com sebelumnya, beberapa orang yang merasakan gempa ini mengaku seperti tertarik ke bawah.

"Rasanya kayak nyungsep masuk," kata Palupi yang berada di Rawa Kolong, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, merasakan gempa tersebut.

"Iya, gede ini. Berasa di Depok," kata Kristianto Purnomo.

Gempa kali ini terasa berbeda, bukan bergoyang, tetapi seperti naik turun. Hal ini dirasakan oleh Shinta yang tinggal di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, lantai 7.

"Iya, ini gempanya enggak biasa, bukan goyang," kata dia.

Dijelaskan sebelumnya, dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Rangkasbitung merupakan gempa menengah akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjang di bawah lempeng Eurasia.

Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki pergerakan naik atau thrust fault.

Gayatri Indah Marliyani, Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, gempa dengan pergerakan naik artinya memiliki pola gelombang vertikal.

"Yang gempa Banten itu mekanisme sesarnya naik, jadi memang ada pergerakan gelombang vertikal," kata Gayatri dihubungi Kompas.com, Selasa (7/7/2020).

"Nah ini seolah-olah yang dirasakan masyarakat seperti naik turun," imbuh dia.

Gayatri menjelaskan, gempa yang dirasakan masyarakat - entah naik turun atau bergoyang kanan kiri - sebenarnya mengikuti pola getaran gempa.

"Jadi sebenarnya bukan seperti yang dibayangkan masyarakat, seperti ditarik ke bawah, itu enggak. Namun sebenarnya terjadi ayunan naik turun karena amplitudonya juga besar, jadi seolah-olah ditarik," jelasnya.

Gayatri mengatakan, gempa yang terjadi tadi siang pukul 11.44 WIB memiliki hiposenter cukup dalam, mencapai 87 kilometer.

Nah, ketika kedalamannya besar, rambatan atau amplitudonya besar tapi frekuensinya kecil.

"Sehingga getaran yang sampai di Jakarta, terasanya seperti ada ayunan," ujar dia.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/07/190200123/gempa-rangkasbitung-terasa-hingga-jakarta-kenapa-rasanya-bergoyang-naik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke