Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KH. Al-Habib Ibrahim Lutfi Bin Ahmad Alattas
Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Puasa Melatih Manusia Sempurna

Kompas.com - 25/04/2022, 04:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RAMADHAN merupakan bulan suci yang penuh berkah dan hikmah. Umat muslim yang mengerti rahasia dan hikmah Ramadhan, akan senantiasa menanti kedatangan bulan suci ini, dengan berdoa, agar bisa dipertemukan dan menikmati ibadah di bulan Ramadhan.

Ketika tiba bulan mulia itu, umat muslim seakan berlomba-lomba melaksanakan berbagai ibadah wajib maupun sunah, mahdhah atau ghair mahdhah untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya Allah SWT.

Sejumlah ulama seperti Kyai Ali Maksum Krapyak, biasa membekali santrinya dengan Kitab Naylul Muna, yang berisi doa dan nadzam Asmaul Husna. Imam Al Qurtubi (1214 M- 1273 M), juga menyusun kitab khusus berjudul Al-Asnafi Syarh Asma'illah Al-Husna, yang berisi tentang keutamaan Asmaul Husna.

Para ulama banyak menjelaskan bahwa setiap manusia sejatinya punya potensi khusus untuk meniru sifat Allah. Karena seluruh sifat Allah dalam Asmaul Husna tersebut, menjadi fitrah manusia yang ada dalam ruh yang ditiupkan Allah SWT.

Jika terus diasah dengan riyadloh, zikir, menjaga kesucian diri dan hati, maka potensi ini dapat dikembangkan hingga mencapai derajat insan kamil atau manusia sempurna.

Di dalam surat Shaad ayat 72, bahwa Allah telah menegaskan bahwa Dia telah menyempurnakan setiap kejadiannya, termasuk kejadian dalam penciptaan manusia, dan dari penciptaan tersebut, Dia meniupkan ruh-Nya.

Puasa, Momentum Bersuci Bagi Para Pemimpin

Salah satu Asmaul Husna yang sering kita jumpai di bulan Ramadhan, adalah lafadz Al-Quddus, Yang Maha Suci. Al Quddus berasal dari kata Qaddasa yang artinya menyucikan dan menjauhkan dari kejahatan, bisa pula diartikan membesarkan dan mengagungkan.

Puasa mengajarkan kita untuk meneladani sifat Allah Al Quddus. Karena dengan berpuasa, kita belajar mensucikan diri. Selepas berbuka puasa, kita juga diajarkan untuk melakukan qiyamul lail. Asma Al-Quddus juga menjadi salah satu wiridan rutin yang biasa dibaca ummat muslim di Indonesia, seusai shalat witir.

Dalam tradisi wirid yang diajarkan para ulama, asma Al-Quddus sering disandingkan dengan bacaan tasbih dan asma Al-Malik (Yang Maha Merajai). Setelah witir, Imam solat biasa memimpin doa berisi kalimat tasbih, "Subhaanal malikil qudduus". Artinya, "Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan".

Doa yang ditradisikan para kiai di Indonesia ini, selaras dengan ajaran Nabi Muhammad dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Wirid tersebut juga selaras dengan Al-Quran, surat Al Hasyir ayat 23:

Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maha Raja (Al Malik) Yang Mahasuci (Al Quddus) Yang Mahasejahtera Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara keselamatan Yang Mahaperkasa Yang Mahakuasa Yang Memiliki Segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”

Ada rahasia tersendiri, mengapa asma Al Quddus dipasangkan dengan asma Al Malik. Dalam Asma Al Malik tersirat makna bahwa setiap manusia berpotensi untuk menjadi pemimpin. Berpeluang untuk menjadi penguasa. Minimal berkuasa atas dirinya sendiri, atas keluarganya dan atas lingkungan sekitarnya.

Potensi memimpin, berkuasa dan merajai ini, harus senantiasa disandingkan dengan potensi diri kita untuk meneladani 'kesucian' Allah. Artinya, ketika kita mendapat amanah apapun kita harus bisa menjaga diri, mensucikan diri dari berbagai godaan yang ada.

Salah satu cara untuk selamat dari berbagai godaan tersebut adalah dengan berdoa. Para ulama biasa mengawali doanya dengan beristighfar, selawat, tasbih dan memuji Allah dengan membaca asmaul husna.

Bacaan Asmaul husna, baik keseluruhannya yang berjumlah 99, maupun masing-masing lafadz dari 99 Asmaul Husna, memiliki fadilah yang besar. Dalam Al Quran surat Al A'raf ayat 180, Allah SWT berfirman:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya:

"Hanya milik Allah lah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com