Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Dukhan dan Dentuman di Pertengahan Ramadhan, Ini Penjelasan MUI

Kompas.com - 07/05/2020, 19:40 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembicaraan soal dukhan ramai di media sosial dan aplikasi pesan instan WhatsApp beberapa waktu terakhir.

Dalam narasi yang beredar disebutkan bahwa akan ada kabut atau dukhan pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ini.

Ramainya pembicaraan dukhan ini dikaitkan dengan isu adanya asteroid yang akan menabrak bumi pada 8 Mei 2020 dan bertepatan dengan 15 Ramadhan.

Baca juga: Bolehkah Shalat Sambil Membuka dan Membaca Al Quran?

Meski Lapan telah membantah kabar mengenai tabrakan antara asteroid dan bumi itu, tapi topik soal dukhan terus mencuat dan dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat.

Pengertian dukhan

Lantas, apa sebenarnya dukhan dan benarkah itu muncul sebagai bagian dari tanda hari kiamat?

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan, di antara tanda kiamat akan tiba adalah munculnya ad-dukhan yang berarti asap atau kabut tebal.

Soal dukhan yang viral di media sosial, Anwar menegaskan bahwa tak ada satu orang pun yang bisa memastikan apakah itu menandakan kiamat akan tiba.

"Apakah kabut yang viral di media sosial itu adalah dukhan yang dimaksud sebagai salah satu tanda bahwa kiamat akan tiba? Saya rasa tidak ada satu orang pun menurut saya yang bisa memastikannya," kata Anwar saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/5/2020).

"Karena yang tahu tentang kapan kiamat itu akan tiba hanya Tuhan saja yang tahu yang lain tidak tahu," tambahnya.

Baca juga: Alami Mimisan dan Gusi Berdarah, Batalkah Puasanya?

Penjelasan hari kiamat

Ilustrasi asteroidShutterstock Ilustrasi asteroid

Bahkan, Anwar menyebut Nabi Muhammad SAW pun tidak tahu dan tidak diberitahu oleh Allah soal hari kiamat. Menurutnya, hari kiamat adalah sesuatu yang gaib dan hanya diketahui oleh Allah SWT.

"Jadi dalam hal ini sikap kita yang bagus adalah mari kita urusi apa yang menjadi tugas dan urusan kita dan jangan kita urusi apa yang menjadi urusan Allah. Kiamat itu adalah urusan Allah," jelas dia.

Sejalan dengan Anwar, Ketua MUI Sumatera Barat Gusrizal Gazahar membenarkan bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah munculnya dukhan.

Menurutnya, dalam menafsirkan dukhan ini juga beragam. Di antara ulama ada yang mengatakan asap, ada juga yang mengatakan debu.

Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah tak ada satu pun riwayat sahih yang menentukan kapan waktu kemunculan dukhan itu.

Mengenai narasi yang beredar di media sosial, Gusrizal mengatakan, hal itu merujuk pada hadis yang menyebutkan adanya shaihah, yaitu dentuman atau gemuruh yang terjadi di pertengahan Ramadhan.

"Hadis itu sudah dibicarakan lama oleh ulama dan sudah dikaji dari sisi ilmu hadis serta telah dibahas oleh seperti Imam Ibn Jauzi, ibn Hibban dan lain-lain," kata Gusrizal saat dihubungi Kompas.com, Kamis (7/5/2020).

Akan tetapi, hadis itu menurut Gusrizal tidak ada asalnya dari Nabi SAW, tapi justru dijadikan sebagai rujukan.

Baca juga: 3 Keutamaan Tadarus Al Quran di Bulan Ramadhan yang Perlu Anda Diketahui

Konsep keimanan

Ilustrasi asteroid CharikloESO/L. Calçada/Nick Risinger (skysurvey.org) Ilustrasi asteroid Chariklo

Gusrizal mengatakan, dasar dari prediksi itu sudah tidak benar karena kategori hadisnya adalah dhoif jiddan (sangat lemah). Bahkan banyak ulama yang menyebutkan hadis itu maudlu' (palsu).

"Jelas dalam perkara keimanan hal seperti itu tidak bisa dijadikan sebagai landasan," jelas dia.

Oleh karena itu, Gusrizal menyebut bahwa narasi yang beredar adalah dua hal yang berbeda. Pertama yaitu dukhan yang muncul sebelum hari kiamat dan itu adalah benar, tapi tak ada riwayat yang menyebutkan tanggalnya.

Sementara yang kedua adalah riwayat yang menunjukkan pertengahan ramadhan akan terjadi shoihah, yaitu dentuman atau goncangan.

Ia menegaskan bahwa konsep keimanan pada gaib harus berdasarkan pada Al Quran dan hadis yang sahih.

Meski narasi itu dimunculkan dengan tujuan untuk mengingatkan umat Islam, Gusrizal mengingatkan agar tidak berlebihan.

"Kalau emang mau mengingatkan, ada batasannya. Ambil riwayat yang sahih, cukup banyak, tak perlu menyerempet dalil-dalil yang palsu, dalil-dalil yang sangat lemah," tutupnya.

Baca juga: Shalat Tarawih di Rumah, Pilih 11 atau 23 Rakaat? Simak Penjelasan Lengkapnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com