Oleh Mara Samin Lubis*
BULAN Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Umat Muslim memperbanyak ibadah di bulan suci ini.
Pada bulan Ramadhan, umat Muslim akan diuji dengan segala aktivitas nafsunya, baik itu nafsu syahwat maupun nafsu lainnya.
Pada bulan yang penuh rahmat ini, seorang Muslim yang sudah baligh secara moral mereka beribadah kepada Allah SWT, bukan karena paksaan melainkan dorongan yang datang dari individunya untuk berpuasa.
Kecuali mereka yang memiliki kelainan mental maka baginya tidak menjadikan puasa sebagai sebuah kewajiban.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Menyambut Ramadhan Istimewa di Tengah Pandemi Covid-19
Pada bulan Ramadhan, pengakuan manusia sebagai hamba Allah SWT sangat meningkat, ditandai dengan kerelaan sebagai hamba Allah SWT melaksanakan ibadah wajib dan ibadah sunat.
Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya menjadi penghibur hati setiap orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu.
Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadis qudsi: “Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.'” (HR. Muslim)
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Implikasi Tauhid dalam Dimensi Etik
Pada bulan Ramadhan ini, manusia (khususnya orang-orang yang beriman) mengisinya dengan berbagai kegiatan. Ramadhan yang merupakan bulan penuh keberkahan bukan hanya untuk umat Muslim namun juga bagi seluruh umat manusia.
Keberkahan bulan Ramadhan ternyata juga dirasakan oleh umat agama lain. Nabi Muhammad diutus sebagai “rahmat” serta untuk menyempurnakan akhlak.
Disebut “rahmat”, karena Nabi Muhammad SAW memiliki semangat mulia dalam ajaran yang dibawanya, yakni mewujudkan kehidupan yang damai, harmonis, saling menghargai, adil, dan bersatu padu tanpa melihat perbedaan agama, etnis, bahasa, warna kulit.
Salah satu contoh yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor di Madinah, hidup damai berdampingan saling menghormati, menghargai tanpa ada rasa curiga.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Puasa, Pandemi Covid-19, dan Restart Kebangsaan
Berbeda dengan kondisi yang terlihat di negara kita akhir-akhir ini, rasa kedamaian mulai terkikis hanya disebabkan perbedaan pandangan politik, organisasi, dan kepentingan.
Namun dengan datangnya Ramadhan, hal demikian tidak terlihat. Masyarakat kita terlihat menyatu dalam berbagai kegiatan beraktivitas.