"Hal ini tentu menjadi dilematis untuk kami sebagai developer properti, kadang banyak orang bertanya, apakah ini di Indonesia, tetapi dari nama-nama perumahannya seperti sedang berada di Amerika Serikat atau Eropa," tutur dia.
Baca juga: Gaji Pas-pasan Bukan Satu-Satunya Alasan Milenial Belum Punya Rumah
Lepas dari itu, Bambang mengaku, penamaan klaster perumahan merupakan salah satu elemen penting dan telah dipikirkan secara matang sejak awal.
Tujuan utamanya tentu agar hunian tersebut dapat menarik minat konsumen, dan tak terlepas dari tren yang sedang berkembang.
Misalnya, tren budaya Jepang dan Korea yang akhirnya mendorong para pengembang di Indonesia untuk membangun hunian dengan desain rumah hingga nama klaster perumahan seperti yang ada di negeri Sakura dan Gingseng tersebut.
"Jadi penamaan klaster ini juga mencerminkan model dan desain rumahnya. Tentu model rumah modern kan mengacu ke Amerika dan Eropa. Tapi ada juga penamaannya seperti rumah di timut tengah karena memang itu perumahan syariah," ucap dia.
Baca juga: Pemerintah Lambat Urus Tanah, Milenial Hampir Mustahil Punya Rumah
Meski demikian, tidak semua klaster perumahan di Indonesia menggunakan nama asing. Kata dia, banyak juga pengembang yang menamakannya dengan nama-nama bunga seperti Bougenville, Villa Mawar, Puri Chrisant dan sebagainya.
"Makanya setiap kali kami akan menngembangkan satu area atau kawasan pasti melakukan riset pasar, lalu properti model apa yang cocok dan diminati di area tersebut, termasuk desain, harga, dan juga namanya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.