Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Banyak Perumahan Meniru Nama Kota-kota Mancanegara?

Juga nama-nama lain yang sengaja diasingkan agar terdengar keren seperti Pancoran Riverside, Bukit Golf Riverside, atau Bogor Lakeside.

Padahal, istilah riverside dan lakeside merujuk pada kondisi lapangan di mana proyek ini berada yakni "pinggir kali", dan "pinggir danau".

Tak hanya nama proyek, nama klaster perumahan pun tak luput dengan istilah, atau bahkan nama kota-kota mancanegara seperti klaster Madrid, Vienna, Toronto, Montreal, Paris, San Fransisco, dan sebagainya.

Pengembang berlomba-lomba bergenit ria menawarkan gimmick untuk merayu konsumen agar tertarik membeli produknya.

Namun, apakah properti yang ditawarkan sama dengan kondisi riil sebenarnya di kota-kota yang namanya ditiru tersebut?

Tentu saja tidak, untuk tidak dikatakan bagai langit dan bumi jaraknya.

Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Eka Jaya mengatakan pada dasarnya penamaan proyek properti atau lebih spesifik lagi klaster perumahan merupakan preferensi atau pilihan pengembang.

Menurutnya, salah satu alasan nama klaster perumahan menggunakan istilah asing yaitu sebagai daya tarik bagi calon konsumen.

"Misalnya kita membangun townhouse modern dengan gaya dan desain interior yang keren, lalu kita namakan perumahan itu, sama seperti dengan nama-nama gang atau perkampungan seperti 'Townhouse Kampung A', tentu kan jadi aneh. Nah itu yang disebut nilai rasa," kata Bambang kepada Kompas.com, Minggu (17/10/2021).

Bambang menjelaskan, penamaan klaster perumahan dengan istilah asing juga dikarenakan masih banyak masyarakat Indonesia yang terpukau dengan sesuatu yang berbau mancanegara.

"Karena secara pasar masyarakat di Indonesia itu masih menganggap sesuatu yang berbau asing itu lebih keren," jelasnya.

Nah, karena tuntutan pasar ini pula para pengembang menyesuaikan strateginya untuk memenuhi selera konsumen, agar dapat merasakan suasana deperti di luar negeri.

Selain itu, penamaan klaster tersebut juga untuk menciptakan kesan berbeda yang akan didapat oleh penghuni rumah. Misalnya kesan seperti sedang berada di sebuah kota di luar negeri dan sebagainya.

Kesan seperti berada di luar negeri ini akhirnya tidak hanya dirasakan oleh penghuni rumah, tetapi juga oleh masyarakat umum yang melewati kawasan perumahan tersebut.

"Hal ini tentu menjadi dilematis untuk kami sebagai developer properti, kadang banyak orang bertanya, apakah ini di Indonesia, tetapi dari nama-nama perumahannya seperti sedang berada di Amerika Serikat atau Eropa," tutur dia.

Lepas dari itu, Bambang mengaku, penamaan klaster perumahan merupakan salah satu elemen penting dan telah dipikirkan secara matang sejak awal.

Tujuan utamanya tentu agar hunian tersebut dapat menarik minat konsumen, dan tak terlepas dari tren yang sedang berkembang.

Misalnya, tren budaya Jepang dan Korea yang akhirnya mendorong para pengembang di Indonesia untuk membangun hunian dengan desain rumah hingga nama klaster perumahan seperti yang ada di negeri Sakura dan Gingseng tersebut.

"Jadi penamaan klaster ini juga mencerminkan model dan desain rumahnya. Tentu model rumah modern kan mengacu ke Amerika dan Eropa. Tapi ada juga penamaannya seperti rumah di timut tengah karena memang itu perumahan syariah," ucap dia.

Meski demikian, tidak semua klaster perumahan di Indonesia menggunakan nama asing. Kata dia, banyak juga pengembang yang menamakannya dengan nama-nama bunga seperti Bougenville, Villa Mawar, Puri Chrisant dan sebagainya.

"Makanya setiap kali kami akan menngembangkan satu area atau kawasan pasti melakukan riset pasar, lalu properti model apa yang cocok dan diminati di area tersebut, termasuk desain, harga, dan juga namanya," pungkasnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/17/160258321/mengapa-banyak-perumahan-meniru-nama-kota-kota-mancanegara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke