JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan dalam membangun infrastruktur pengendalian bencana banjir perlu dilakukan pendekatan teknikal dan struktrutal.
Hal tersebut ia sampaikan dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Jateng, Sabtu (16/10/2021).
Basuki meninjau progres pekerjaan prasarana pengendali banjir di Sungai Tuntang, Kabupaten Demak dan Sungai SWD I dan 2, Kabupaten Kudus.
“Seluruh pendekatan teknikal atau struktural melalui pembangunan fisik infrastruktur harus dilakukan dalam upaya mengurangi resiko bencana banjir,” kata Basuki.
Baca juga: Bendungan Leuwikeris Punya 4 Manfaat, Kurangi Banjir 25 Tahunan
Namun menurutnya, hal itu saja bekum belum cukup, karena harus diimbangi dengan pendekatan non-teknikal atau non-struktural.
“Pendekatan non-teknikal dan non-struktural yang perlu dilakukan seperti penataan ruang, pengelolaan lingkungan, dan perilaku masyarakat,” kata Menteri Basuki.
Kementerian (PUPR) sedang membangun prasarana pengendari banjir di beberapa daerah aliran sungai (DAD) di Provinsi Jawa Tengah.
Melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana beberapa DAS yang ditata yakni yang berlokasi Sungai Tuntang di Kabupaten Demak dan Sungai Serang Wulan Drainase (SWD I dan 2) di Kabupaten Kudus.
Program penataan dan normalisasi sungai tersebut dinilai bisa mengurangi risiko bencana banjir di sebagian wilayah kota/kabupaten yang menjadi pusat kegiatan perekonomian Jateng bagian utara.
Sungai Tuntang memiliki panjang 139 km, mengalir melewati Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Demak . Hulu sungai berada di kaki Gunung Merbabu dan berakhir di laut utara Pulau Jawa.
Baca juga: Bendungan Leuwikeris Terganjal Ketersediaan Lahan, 7 Hektar Belum Bebas
Penanganan infrastruktur pengendali banjir dilakukan Kementerian PUPR sepanjang 22,6 km untuk tahun 2020-2021 dengan anggaran senilai Rp94 miliar.
Pekerjaan infrastruktur pengendali banjir di antaranya meliputi galian alur, pengerukan penampang sungai, pelebaran alur sungai, pekerjaan parapet (dinding sungai), pembangunan site pile serta pembangunan pos hidrologi.
Kegiatan konstruksi dilaksanakan selama 375 hari kalender sejak dimulai kontrak pekerjaan 17 November 2020 oleh kontraktor PT Marinda-PT Visitama (KSO). Tercatat hingga 15 Oktober 2021 progres fisiknya sudah mencapai 97,26 persen.
Sementara untuk penanganan Sungai SWD I dan 2 di Kabupaten Kudus dilakukan melalui pekerjaan normalisasi sungai sepanjang 17,2 km.
Normalisasi sungai dilakukan untuk peningkatan kondisi sungai dan pengendalian daya rusaknya antara lain melalui perkuatan tebing sungai, galian, dan penggantian pintu air.
Untuk Sungai SWD I dari panjang sungai 31,8 km telah dinormalisasi sepanjang 10,2 km atau sebesar 32 persen, berikut perbaikan pintu air sebanyak 45 buah.
Sedangkan normalisasi Sungai SWD II dari panjang sungai 22,9 km tertangani 7 km dan penggantian 40 buah pintu air.
Pekerjaan normalisasi Sungai SWD I & 2 dilaksanakan sejak November 2020 dan ditargetkan selesai Desember 2021.
Proyek ini dikerjakan oleh kontraktor pelaksana PT Sumber Cahaya Agung dengan anggaran APBN senilai Rp91,2 miliar. Saat ini progres konstruksinya telah mencapai 95,7 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.