JAKARTA, KOMPAS.com - Belimbing (Averrhoa carambola) adalah buah tropis yang banyak ditanam di pekarangan atau halaman rumah sebagai peneduh atau hiasan.
Bentuk pohon belimbing yang tidak begitu besar dengan tajuk yang rindang cocok ditanam di lahan pekarangan atau halaman rumah.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Rabu (10/5/2023), belimbing banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, mineral dan vitamin yang penting untuk kesehatan tubuh manusia.
Baca juga: Hama dan Penyakit yang Menyerang Pohon Srikaya, Ada Kutu Putih
Konon, dalam 100 gram buah belimbing yang dapat dimakan mengandung karbohidrat (7,70 gram), mineral seperti kalsium (8,00 mg), forsfor (22,00 mg) dan zat besi (0,80 gram).
Adapun kandungan vitaminnya adalah vitamin C (33,00 mg), vitamin A (18,00 RE), vitamin B1 (0,03 mg), vitamin B2 (0,02 mg) dan vitamin B3 (0,40 mg).
Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, belimbing juga ada dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (terapi), misalnya untuk menurunkan tekanan darah tinggi, memperlancar pencernakan makanan, menurunkan kadar kolesterol dan demam.
Ada pula yang memanfaatkan belimbing untuk menyembuhkan sakit tenggorokan, obat batuk, sariawan dan cacar air.
Baca juga: 5 Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Tomat dan Cara Mengatasinya
Dalam budidaya belimbing, salah satu hal yang patut diperhatikan adalah penyakit. Penyakit ini bisa menyebabkan tanaman rusak dan belimbing gagal berbuah.
Berikut beberapa penyakit tanaman belimbing dan cara mengatasinya.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan atau jamur Upasia salmonicolor, Corticium salmonicolor, atau Pellicularia salmonicolor. Kadang ada pula yang menyebutnya sebagai penyakit batang berkerak merah.
Penyakit ini menyerang batang atau cabang yang kulitnya berwarna coklat dan belum membentuk lapisan gabus tebal.
Baca juga: Penyakit Patek Bisa Mematikan Tanaman Cabai? Ini Penjelasannya
Beberapa gejala serangan penyakit jamur upas antara lain batang, dahan dan ranting yang diserang pada kulitnya tampak adanya benang-benang mengkilap menyrupai sarang laba-laba.
Selanjutnya, terbentuk bercak-bercak putih pada permukaan kulit yang akhirnya akan menjalar ke dalam kulit, kemudian pada stadium lanjut timbul kerak berwarna merah jambu.
Jika serangannya sudah berat mengakibatkan batang mengering dan lapuk. Penyakit ini juga dapat mengakibatkan batang, dahan atau ranting membusuk dan cendawan membentuk bercak-bercak merah bata. Apabila penyakit sudah melingkari batang, maka tanaman akan mati.
Upaya untuk mengendalikannya dengan menjaga kebersihan tanaman, misal dahan dan ranting yang terserang dipotong dan dikumpulkan lalu dimusnahkan atau dibakar. Segala rerumputan dan semak belukar yang ada di sekirar tanaman dibersihkan.
Baca juga: 8 Cara Alami Mengatasi Penyakit Embun Tepung Tanaman
Selain itu, usahakan tajuk pohon tidak terlalu rindang. Caranya, bagian-bagian dalam dari tajuk dipangkas sehingga pohon tidak terlalu rimbun.
Dengan kondisi pohon seperti ini maka cahaya matahari dapat masuk ke dalam pohon sehingga kelembabannya berkurang yang akhirnya cendawan tidak mudah berkembangb iak.
Jika akan menggunakan fungisida, cabang atau bagian tanaman yang sakit disemprot atau diolesi dengan fungisida Bubur Bordeaux 1 persen (campuran sulfat tembaga atau terusi 1 kg, kapur tohor 1,25 kg dan 100 liter air) atau dengan Calixin 5 persen.
Bisa juga dengan Dithane M 45 atau Benlate dengan konsentrasi 1 sampai 2 gram per liter. Selain itu dapat juga disemprot Cupravit OB 21 atau Calixin 750 EC yang penggunaannya sesuai aturan yang tertera pada label kemasan fungisida tersebut.
Baca juga: Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Cabai, Apa Saja?
Penyebabnya adalah cendawan Cercospora averrhoae yang suka menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit ini menyebabkan terjadinya bercak-bercak klorotik pada daun dengan tepi daun berwarna coklat tua atau ungu.
Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi kuning yang akhirnya rontok, bahkan tanaman dapat gundul.
Untuk mengendalikannya antara lain jaga kebun selalu dalam keadaan bersih. Misalnya, potong bagian tanaman yang terserang, dikumpulkan dan dimusnahkan atau dibakar supaya tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.
Segala rerumputan atau semak belukar yang ada di sekitar tanaman dibabat, dikumpulkan lalu dibakar.
Baca juga: Simak, Cara Menangani Penyakit Patek pada Tanaman Cabai
Cara lainnya, tanaman dirawat dengan baik, misalnya dipupuk, disiram, dipangkas secara teratur dan disiang sehingga tanaman tumbuh kuat sehingga cendawan sulit menginfeksi tanaman.
Bisa juga disemprot fungisida Difolatan 4 F dengan konsentrasi 1 cc per liter, Deravol 60 WP), Rubigan 120 EC, Topsin M 70 WP atau Topsin 500 F yang penggunaannya sesuai aturan yang tertera pada label kemasan.
Sesuai namanya, bagian tanaman diserang penyakit yang disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor adalah akarnya. Cendawan akan menginfeksi melalui perakaran yang luka sehingga akar dapat lapuk.
Dengan lapuknya perakaran tersebut, maka mula-muda daun-daun paling ujung menguning, pertumbuhan tunas tidak sehat, cabang-cabang mengering dan tidak terjadi pertumbuhan baru.
Baca juga: Mengenal Penyakit Virus Kuning Tanaman Cabai, Disebabkan Kutu Putih
Jika akarnya sudah terserang parah, tanaman menjadi layu, kering, daun-daunnya rontok yang akhirnya tanaman mati. Bila tanaman dibongkar akan tampak perakarannya telah melapuk.
Untuk mengendalikannya, tanaman yang belum sakit parah, buka semua akar yang dekat permukaan tanah dan kulit batang yang dekat tanah. Setelah itu, akar-akar yang sakit dipotong dan bekas potongannya diolesi obat penutup luka, misalnya dengan karbolinium paraffin atau ter.
Adapun tanaman yang sudah sakit parah dapat dibongkar, akar-akarnya digali dan diambil sampai bersih, dikumpulkan lalu dibakar.
Cara lainnya, tanah disterilisasi dengan fungisida berbahan aktif mankozeb, misalnya Dithane M 45 ataupun berbahan aktif propineb, misalnya Antracol 70 WP yang dilarutkan dalam air, kemudian disiramkan di seputar batang. Cara menggunakannya, baca pada label kemasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya