Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Israel Semakin Terisolasi...

Kompas.com - 06/04/2024, 07:53 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

Majelis Umum PBB seperti diketahui telah berulang kali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, dan Israel berada di bawah tekanan besar untuk meningkatkan pengiriman bantuan di Gaza, di mana kelompok-kelompok bantuan mengatakan bahwa kelaparan sudah dekat.

Namun, yang terjadi, Israel memutuskan untuk terus melancarkan pertempuran di sejumlah wilayah Gaza, terutama di bagian utara dan tengah.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sejauh ini menolak tekanan untuk mengubah arah.

Dia bersikeras Hamas tetap menjadi ancaman eksistensial bagi Israel yang harus dihancurkan sebelum perdamaian yang langgeng dapat kembali.

Baca juga: Biden ke Netanyahu: Lindungi Warga Sipil di Gaza atau Kebijakan Bantuan AS Akan Berubah!

"Kemenangan sudah dalam genggaman. Sudah sangat dekat, dan tidak ada yang bisa menggantikan kemenangan," katanya kepada delegasi anggota Kongres Partai Republik di Yerusalem pada Kamis.

Dia memohon lebih banyak dukungan anggaran, beberapa jam sebelum panggilan dengan Biden.

Tekanan di dalam negeri Israel

Publik Israel sebagian besar terus mendukung tujuan perang untuk menghancurkan Hamas dan membawa pulang 134 sandera yang masih ditahan di Gaza.

Namun, Netanyahu sendiri menghadapi gerakan protes yang terus meningkat dan tuntutan untuk pemilihan umum baru yang menurut jajak pendapat menunjukkan bahwa ia akan kalah telak.

"Saya merasa sangat yakin bahwa semua pihak di luar Israel yang menyerukan gencatan senjata tidak memahami situasi di sini. Kami telah mengalami begitu banyak serangan dan invasi dan kami akan tetap berdiri sebagai negara Yahudi yang demokratis," ujar Wendy Carol.

Meski begitu, sosok penulis berusia 73 tahun dan pendiri perusahaan start-up dari Yerusalem itu, berkata: "Saya tidak mempercayai perdana menteri Netanyahu. Dia adalah kekuatan yang memecah belah bangsa ini dan banyak sekali orang yang merasa seperti itu, dari semua latar belakang".

Sementara perundingan damai telah berlangsung, harapan akan adanya terobosan yang dapat menjamin jeda dalam pertempuran dan memungkinkan kembalinya para sandera telah berulang kali kandas dan para pemimpin Hamas mengatakan mereka dapat terus bertempur lebih lama lagi.

Baca juga: Warga Israel Turun Lagi ke Jalan, Protes Pemerintahan Netanyahu

"Enam bulan telah berlalu dan Brigade Al-Qassam masih mampu mempertahankan perlawanan terhadap tentara penjajah Zionis," kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri.

Perang Gaza pecah setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober. Menurut data Israel, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang atau jumlah korban jiwa terburuk dalam satu hari dalam sejarah Israel.

Sementara, serangan Israel sebagai balasan menewaskan jauh lebih banyak orang, yakni mencapai lebih dari 33.000 orang menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas. 

Besarnya jumlah korban jiwa telah menyebabkan meningkatnya kekhawatiran global dan tuntutan untuk menghentikan serangan Israel di Gaza.

“Saya yakin perang akan berakhir. Tapi kapan?" ucap Um Nasser Dahman di Gaza.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com