Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kompleks Masjid Al-Aqsa, Polisi Israel Tembakkan Gas Air Mata, Batasi Jemaah Masuk...

Kompas.com - 06/04/2024, 06:44 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

YERUSALEM, KOMPAS.com - Bentrokan antara umat Muslim Palestina dan polisi Israel yang mengendalikan pintu masuk ke Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, kembali pecah pada Jumat (5/4/2024).

Pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan 2024 itu, ada sekitar 120.000 orang yang dilaporkan tengah mendatangi kompleks Masjid Al-Aqsa.

Mufti Agung Yerusalem Muhammad Ahmad Hussein sebelumnya telah mendesak para jemaah untuk berani menghadapi kehadiran polisi yang sangat banyak karena perang di Gaza.

Baca juga: Israel Akan Kerahkan Ribuan Polisi ke Masjid Al-Aqsa Jelang Shalat Jumat, Ada Tujuan Apa?

Warga Yerusalem, Adli al-Agha (53) mengatakan kepada AFP, bahwa banyak orang "harus melarikan diri dari shalat subuh" setelah polisi Israel mengerahkan sebuah drone yang menyemprotkan gas air mata untuk membubarkan orang-orang yang meneriakkan "Maha Suci Allah".

"Dengan jiwa dan darah kami, kami berkorban untukmu Al-Aqsa," kata para jemaah, menurut Agha.

Polisi Israel mengatakan bahwa mereka menangkap delapan orang karena menghasut terorisme.

Batasi akses masuk ke Masjid Al-Aqsa

Penduduk Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki Israel, Yasser Basha, bersaksi bahwa polisi Israel telah membatasi akses masuk ke masjid untuk orang dewasa dan anak-anak.

Menurutnya, hanya pria berusia di atas 55 tahun dan perempuan berusia di atas 50 tahun yang diizinkan masuk.

"Jika bukan karena perang, segalanya akan jauh lebih mudah," tambahnya.

Jumat juga menandai Lailatul Qadar, puncak spiritual bulan suci umat Islam, yang memperingati saat malaikat Jibril pertama kali menampakkan diri kepada Nabi Muhammad dan mulai mewahyukan Al Quran.

Baca juga: Sepinya Jalan-jalan Menuju Masjid Al-Aqsa Jelang Ramadhan di Tengah Perang Gaza...

Ini adalah malam ketika umat Islam percaya bahwa doa-doa mereka kemungkinan besar akan dikabulkan, sebuah momen yang meriah ketika anak-anak begadang dan toko-toko tetap buka hingga dini hari.

Namun, banyak warga Palestina yang tidak bisa merayakannya dan berdoa agar perang di Gaza segera berakhir setelah hampir enam bulan penuh pertumpahan darah.

Tidak bisa lepas dari Gaza

Sameeha Al Qadi (55), yang datang dari dekat Betlehem, mengatakan Yerusalem kini menyedihkan dan kehilangan cahayanya.

"Kami semua merasakan apa yang terjadi di Gaza. Kami tidak bisa menghindar darinya walau hanya sebentar," ucapnya.

Tahun ini hanya ada sedikit dekorasi atau lampu-lampu Ramadhan di Kota Suci.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com