Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Suriah Ini Berbagi Cerita Merawat Korban Perang dari RS Bawah Tanah

Kompas.com - 23/03/2024, 16:15 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber ABC News

DAMASKUS, KOMPAS.com - Dokter Amani Ballour, selama lebih dari satu dekade telah membantu merawat warga Suriah yang terjebak dalam baku tembak kekerasan di negara mereka.

Dia menjadi satu-satunya perempuan yang pernah menjalankan rumah sakit masa perang di Suriah. Bahkan merawat korban perang di rumah sakit bawah tanah.

Dalam buku barunya, “The Cave: A Secret Underground Hospital and One Woman’s Story of Survival in Syria”, Amani merinci kerja kerasnya di rumah sakit dan ketekunannya melewati lingkungan yang didominasi laki-laki.

Baca juga: Ranjau ISIS Tewaskan 13 Pencari Jamur Truffle di Gurun Suriah

"Ini sangat penting bagi saya karena itulah realitasnya. Inilah hidupku. Saya lahir di Suriah, dan saya ingin menyampaikan kebenaran kepada semua orang di seluruh dunia," ujarnya dikutip dari ABC News pada Sabtu (23/3/2024).

Ia ingin memberitahu semua orang bahwa warganya adalah orang-orang yang tidak bersalah. Orang-orang di Suriah mulai melakukan protes untuk mendapatkan hak asasi manusia, demokrasi, dan kebebasan, yang tidak dimiliki di Suriah.

Dan segera rezim Suriah mulai menembaki orang-orang, membunuh mereka dan kemudian melakukan pemboman.

"Saya melihat di depan mata saya anak-anak tak berdosa yang tidak berbuat apa-apa, hanya karena mereka tinggal di tempat itu, mereka ikut dibom," ungkapnya.

"Saya melihat ketakutan di mata mereka. Saya melihat para korban, banyak sekali anak-anak yang meninggal dan banyak anak-anak yang kelaparan dan menderita," imbuh dia.

Baca juga: Serangan Israel di Suriah, 2 Anggota Hezbollah Tewas

Karena itu, ia ingin menceritakan kisah mereka pada semua orang tentang orang-orang ini dan tentang orang lain yang masih menderita hingga saat ini.

Dokter Amani menceritakan bahwa dirinya belajar kedokteran karena ingin membantu orang, dan ingin menjadi dokter anak untuk membantu anak-anak dia mencintai anak-anak.

"Dan ketika saya melihat anak-anak sangat membutuhkan bantuan dan, sayangnya, banyak dokter yang memutuskan untuk keluar, saya berkata, sederhana saja. Inilah saatnya mereka membutuhkan saya untuk membantu mereka dan saya harus tetap tinggal," terangnya.

Di tempat itu dia merasa menderita bersama banyak orang lantaran menjadi sasaran pemboman.

Ia juga berbagi cerita menjadi seorang manajer rumah sakit. Menurut dia, komunitasnya memiliki tradisi dan adat istiadat yang menentang perempuan.

"Mereka berkata, tidak, kami tidak ingin ada perempuan di posisi ini. Hal ini membuat saya frustasi, namun juga merupakan tantangan dan memotivasi saya untuk berbuat lebih banyak. Jadi terus lakukan ini, karena saya ingin mengubah gagasan tentang perempuan," tegas dia.

Baca juga: Serangan Israel ke Suriah Tewaskan 4 Orang, Termasuk Warga Sipil

"Saya ingin membuktikan bahwa perempuan bisa berbuat lebih banyak dan perempuan bisa memimpin serta dapat melakukan segalanya," kata dia.

Ia juga percaya bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik untuk rumah sakit tersebut, dan percaya bahwa rumah sakitnya itu adalah rumah sakit yang sangat bagus pada saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com