Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Konser Eksklusif Taylor Swift di Singapura

Kompas.com - 09/03/2024, 14:28 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Sementara Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid mengatakan dewan turis Singapura memiliki visi dan misi yang jelas dalam memandang konser musik sebagai sumber pendapatan devisa dari sektor pariwisata – termasuk dengan memberikan insentif kepada promotor musik.

“Visi itu yang membedakan Singapura dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia,” ujar Dino, yang angkat topi kepada Singapura atas keberanian mereka untuk berinvestasi

Perbaikan

Sebetulnya sudah ada beberapa perbaikan yang dilakukan Indonesia untuk mendatangkan musisi mancanegara. Salah satunya adalah performer’s visa alias visa untuk pelaku pertunjukan.

Dirjen Imigrasi Indonesia, Silmy Karim, kepada BBC News Indonesia pada Rabu (6/3/2024) mengonfirmasi visa ini diberlakukan per bulan September 2023.

Salah satu penggunanya adalah musisi Inggris, Ed Sheeran, yang konser di Jakarta pada Sabtu (2/3/2024) silam.

Menurut Silmy, sebelumnya para pelaku konser mesti mengajukan visa kerja dengan mengajukan izin bekerja ke Kementerian Ketenagakerjaan. Kini, baik promotor musik maupun penampil panggung bisa mengajukan perfomer’s visa secara daring.

Ketua APMI, Dino Hamid, mengapresiasi pemberlakuan visa baru ini yang menurutnya adalah sebuah kemajuan yang cukup baik.

Baca juga: Intip Isi VIP Merchandise Konser Taylor Swift The Eras Tour

Dino mengharapkan visa baru ini disusul oleh perbaikan dari segi perizinan dan kemudian dilengkapi dengan insentif dari pemerintah.

“Kalau tiga hal itu saja bisa dilakukan segera, saya rasa kita bisa bersaing dengan Singapura atau negara-negara lain,” tandasnya.

Dino pun mengakui Indonesia masih mengalami culture shock alias kejutan budaya saat mendatangkan artis mancanegara papan atas – seperti misalnya saat Coldplay mampir ke Jakarta dan muncul isu seperti tiket palsu dan antrean yang panjang.

Dino optimis seiring dengan berjalannya waktu – dengan semakin banyak artis yang datang ke Indonesia – maka Indonesia akan bisa lebih beradaptasi.

‘Mengapa saya rela ke Singapura demi nonton Taylor Swift

Trisha Husada, wartawan BBC News Indonesia

Saya merupakan satu dari 60.000 orang yang cukup beruntung bisa mendapatkan tiket untuk menonton Taylor Swift di National Stadium, Singapura, pada hari kedua konser.

Di konser tersebut, saya bertemu dengan Swifties (sebutan untuk penggemar Taylor Swift) dari Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Mereka datang dari segala penjuru demi mendengar Taylor menyanyikan lagu-lagu favorit mereka secara live.

Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya juga, memang apa daya tarik seorang Taylor Swift yang membuat sedemikian banyak orang hanyut dalam lagunya dan ingin terbang ke negara lain untuk menonton konsernya?

Mendengarkan lirik lagu Taylor Swift terasa seperti membaca diary seseorang yang amat dekat dengan kita.

Seperti yang dikatakan temanku saat menonton konser, Taylor Swift mampu mengungkapkan perasaan-perasaan lewat lagunya yang untuk sebagian orang sulit untuk diartikulasi.

Bahkan, di media sosial, banyak orang yang memanggilnya “Mbak Taylor” karena ia dipandang sebagai sosok yang bisa menampung curhatan kita, seperti teman dekat atau kakak perempuan.

Indonesia atau Singapura?

Kembali ke Cory, penyuka konser musik itu mengaku akan tetap memilih Indonesia apabila ada opsi menonton Taylor Swift di negeri sendiri. Cory menyebut masih ada beberapa keunggulan konser musik di Tanah Air apabila dibandingkan dengan Singapura – misalnya kualitas suara.

“Kualitas sound ((suara) di GBK (Gelora Bung Karno) menurutku lebih bagus di-compare (dibandingkan) sama National Stadium-nya Singapura,” imbuh Cory.

Baca juga: Siapkan Konser Tandingan Taylor Swift, Luhut: Kalau Singapura Bisa Untung, Masa Kita Enggak?

Meski begitu, Cory memberi catatan: dia hanya akan memilih untuk menyaksikan konser di Indonesia apabila harga tiketnya “masuk akal”.

Sebagai catatan, Cory mengeluarkan biaya sebesar Rp 4.2 juta untuk tiket festival saat menonton Coldplay di Jakarta pada 17 November 2023. Saat itu, dia tidak mengira Coldplay juga akan konser di Singapura dan Bangkok.

Belakangan, dia mengetahui Coldplay menambah konser mereka di Singapura pada 23 Januari dengan harga tiket standing sekitar Rp 2 juta dan juga Bangkok pada 4 Februari.

Dia pun menonton lagi di Bangkok dan mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 4 juta sudah termasuk tiket konser juga hotel.

“Mahal konser di Indonesia sih tiketnya. Kalau harga tiket dua kali lipat sih aku pilih (di luar negeri) sekalian jalan-jalan,” pungkasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com