Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Pentingnya Solidaritas Negara-negara Selatan Akhiri Konflik Palestina-Israel

Kompas.com - 08/03/2024, 09:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONFLIK Israel-Palestina semakin meningkat dan menyerupai tindakan genosida. Baru-baru ini, dilaporkan setidaknya 112 warga sipil Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel di Gaza utara, saat mereka mencoba mendapatkan bantuan.

Upaya penyelesaian konflik ini belum berhasil mencapai perdamaian yang abadi dan PBB tidak mampu mengatasi situasi ini.

Mengingat perkembangan terkini, termasuk dukungan proaktif dari Indonesia dan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional (ICJ), sudah waktunya untuk mencari pendekatan baru untuk menghentikan genosida ini.

Pendekatan tersebut harus menekankan solidaritas dengan negara-negara Selatan dalam upaya menciptakan perdamaian berkelanjutan.

ICJ telah memulai sidang terkait legalitas pendudukan Israel di wilayah Palestina sejak 1967. Pendapat dan keputusan ICJ akan menjadi acuan penting untuk negosiasi masa depan. Pendapat ini dapat dijadikan standar untuk mengukur tindakan kedua belah pihak.

Koalisi negara-negara Selatan (Global South) mestinya dapat membentuk badan pemantau untuk menilai kepatuhan terhadap temuan dan rekomendasi ICJ, memastikan integrasinya dalam proses negosiasi dan perjanjian perdamaian.

Skema negosiasi bilateral tradisional dalam menyelesaikan konflik, yang seringkali dimediasi oleh kekuatan Barat, harus direvisi.

Strategi diplomatik baru diperlukan, yang benar-benar bersifat multilateral dan dipimpin oleh negara-negara Selatan.

Teori konstruktivis dalam hubungan Internasional menunjukkan bahwa pergeseran ke arah diplomasi multilateral, yang melibatkan aktor lebih luas, termasuk kekuatan regional dan organisasi internasional, dapat memberikan platform lebih adil dan efektif untuk negosiasi.

Pendekatan dengan Global South akan mendorong koalisi negara-negara Selatan untuk memfasilitasi dialog antara Israel dan Palestina, menyediakan platform netral untuk negosiasi yang lebih seimbang dan adil.

Koalisi ini dapat beroperasi di bawah naungan Gerakan Non-Blok yang dihidupkan kembali atau entitas serupa untuk membawa perspektif dan semangat baru ke dalam proses perdamaian.

Dengan memanfaatkan kekuatan politik dan diplomatik kolektif dari negara-negara Selatan, koalisi ini dapat menekan kedua belah pihak untuk terlibat dalam negosiasi yang berarti dan mematuhi norma-norma hukum internasional.

Insentif ekonomi dapat memainkan peran penting dalam memotivasi para pihak untuk mencapai perdamaian.

Dengan pengaruh ekonominya yang terus meningkat, negara-negara Selatan dapat memanfaatkan pasarnya sebagai mekanisme carrot-and-stick.

Sebagai contoh, Israel dan Palestina dapat menawarkan perjanjian perdagangan preferensial dan peluang investasi, yang bergantung pada komitmen mereka terhadap perdamaian dan kepatuhan terhadap persyaratan yang telah disepakati.

Sebaliknya, negara-negara Global South dapat menjatuhkan sanksi atau pembatasan ekonomi kepada pihak yang melanggar ketentuan perjanjian damai atau pendapat ICJ.

Pengaruh ekonomi ini akan mendorong kedua belah pihak untuk bernegosiasi secara konstruktif dan mematuhi standar hukum internasional.

Solidaritas dengan negara-negara Selatan harus diwujudkan secara nyata guna pembangunan Palestina. Hal ini dapat mencakup bantuan teknis, inisiatif pembangunan kapasitas, dan bantuan keuangan untuk mengembangkan institusi, infrastruktur, dan ekonomi Palestina.

Dengan memperkuat fondasi negara Palestina di masa depan, negara-negara Selatan dapat berkontribusi untuk menciptakan “lapangan permainan” yang lebih setara dalam negosiasi dengan Israel.

Dengan membangun fondasi ini, peran masyarakat sipil dan opini publik dari Global South tidak boleh diremehkan.

Gerakan akar rumput, lembaga swadaya masyarakat, dan advokasi publik dapat memainkan peran penting dalam membentuk narasi seputar konflik Israel-Palestina dan memobilisasi dukungan untuk resolusi yang adil.

Dengan memperkuat suara mereka yang terdampak konflik secara langsung dan menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu yang dipertaruhkan, masyarakat sipil dapat membantu menciptakan gelombang dukungan untuk inisiatif perdamaian yang didasarkan pada keadilan dan hukum internasional.

Dalam konteks ini, penting untuk menyoroti peran Indonesia sebagai negara Global South dalam mendukung perdamaian di Palestina.

Sebagai pemimpin dalam diplomasi multilateral, Indonesia dan Afrika Selatan bisa membentuk koalisi negara-negara Selatan untuk mendorong solusi yang adil.

Inisiatif Indonesia di ICJ menunjukkan komitmen terhadap keadilan dan akhir impunitas, yang harus didukung oleh negara-negara Selatan lainnya untuk memperkuat solidaritas global dan menghormati suara Palestina.

Lebih jauh lagi, negara-negara Selatan dapat bersuara lebih lantang di forum-forum internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina dan meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran hukum internasional.

Dengan menghadirkan front persatuan, mereka dapat memberikan tekanan diplomatik yang signifikan serta berkontribusi dalam membentuk konsensus global tentang perlunya resolusi yang adil dan langgeng terkait konflik tersebut.

Selain langkah-langkah diplomatik dan ekonomi, pertukaran budaya dan pendidikan antara negara-negara Selatan dan Israel serta Palestina dapat menjembatani pemahaman dan membangun empati.

Pertukaran ini dapat menjadi dasar bagi pendekatan yang lebih inklusif terhadap penyelesaian konflik, dengan membina hubungan antarmanusia dan mempromosikan perdamaian dan toleransi.

Penting juga untuk menyadari bahwa konflik Israel-Palestina bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan dinamika regional dan global yang lebih luas.

Penyelesaian konflik ini harus dilihat sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk mendorong perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di Timur Tengah dan sekitarnya.

Negara-negara Selatan, dengan pengalamannya yang beragam dalam penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian, dapat menawarkan wawasan dan model berharga untuk mengatasi tantangan yang kompleks di kawasan tersebut.

Konflik Israel-Palestina merupakan tantangan berat yang menuntut pendekatan baru di luar paradigma diplomasi dan negosiasi konvensional.

Keterlibatan negara-negara Selatan, dengan memanfaatkan strategi hukum, ekonomi, dan sosial, menawarkan jalan yang menjanjikan untuk kemajuan.

Pendekatan ini mendefinisikan ulang dinamika proses penyelesaian konflik dan menggarisbawahi pentingnya tanggung jawab global bersama menuju perdamaian.

Saat dunia menyaksikan genosida di Palestina oleh Israel, tindakan dan solidaritas negara-negara Selatan memiliki potensi untuk tidak hanya membentuk kembali dialog Israel-Palestina, tetapi juga menjadi preseden dalam menangani konflik berkepanjangan lainnya di seluruh dunia.

Saatnya masyarakat internasional menyadari bahwa perdamaian abadi bergantung pada persatuan, keadilan, dan komitmen bersama terhadap hukum internasional. Dan Indonesia, tentu saja, mesti turut serta sebagai pionir di dalamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com