Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Rantai Komando Terputus, Hamas Berebut Posisi Pemimpin Baru

Kompas.com - 19/02/2024, 15:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

YERUSALEM, KOMPAS.com - Kini, Hamas ingin menggantikan pemimpin Gaza Yahya Sinwar, setelah serangkaian kekalahan yang dialami milisi Palestina tersebut di Khan Younis.

Hal itu sebagai klaim Israel karena pemimpin Hamas sudah tidak memberi respons lagi.

Menurut Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dalam sebuah laporan pada Minggu (18/2/2024), kepemimpinan Hamas di luar negeri sudah tak mendapat kepercayaan lagi.

Baca juga: Israel Disebut Pakai Senjata yang Didukung AI Saat Serang Gaza

Terlebih Israel yang mengklaim dalang serangan 7 Oktober 2023 yakni Yahya sudah tidak mendapat kepercayaan lagi dari kelompoknya.

"Hamas tidak mempercayai komandannya, ini adalah hal yang sangat nyata," kata Gallant setelah pertemuan dengan komando IDF di wilayah selatan, dikutip dari New York Post pada Minggu (18/2/2024).

"Stasiun Hamas-Gaza tidak menjawab, tidak ada orang yang bisa diajak bicara sebagai pemimpin di lapangan. Artinya ada tender siapa yang akan mengelola Gaza," usul Gallant.

Yahya Sinwar yang diyakini sebagai dalang di balik serangan 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang, diduga telah kehilangan kontak dengan kelompoknya tersebut selama berminggu-minggu.

Tidak jelas apakah kelompok Hamas tersebut tidak dapat mencapai Sinwar karena dia melarikan diri atau karena terputusnya komunikasi di Gaza.

Baca juga: Perang dan Kekurangan Bahan Bakar Lumpuhkan RS Terbesar di Gaza

Hamas belum mengomentari keberadaan Sinwar atau tuduhan yang dilontarkan Gallant.

Militer Israel telah berulang kali berjanji untuk memburu pemimpin tersebut. Sebab, Yahya selalu menghindari militer Israel sejak serangan darat ke wilayah kantong Palestina dimulai.

Meskipun IDF mengklaim bahwa mereka telah mengisolasinya di bunker bawah tanah di Gaza utara pada bulan November, Sinwar diyakini telah menggunakan sistem terowongan sepanjang 482 km milik kelompok Hamas untuk melarikan diri ke selatan.

Meskipun militer Israel akhirnya mengepung rumahnya di Khan Younis pada bulan berikutnya, mereka kembali datang dengan tangan kosong, dan pertempuran sengit serta penggerebekan ke terowongan selatan belum menemukan tanda-tanda keberadaan Sinwar.

Pekan lalu, IDF mengungkapkan rekaman pemimpin Hamas berlari melalui sistem terowongan bersama keluarganya hanya beberapa hari setelah pembantaian 7 Oktober 2023.

"Perburuan Sinwar tidak akan berhenti sampai kita menangkapnya, hidup atau mati," kata Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan setelah video Sinwar ditayangkan.

Sementara beberapa ahli berspekulasi bahwa Sinwar dimungkinkan bersembunyi di Rafah, yang saat ini jadi kota terpadat di Gaza yang menampung lebih dari 1,4 juta pengungsi.

Gallant mengatakan tidak akan ada lagi tempat untuk melarikan diri, karena IDF diperkirakan akan terus maju ke kota tersebut meskipun ada kecaman internasional, bahwa perang bisa menelan korban sipil.

Baca juga: Korban Tewas di Gaza Dekati 29.000 Orang, Cukuplah Sudah...

"Hamas hanya mempunyai pasukan marginal di kamp-kamp pusat dan Brigade Rafah, dan apa yang menghalangi mereka serta kehancuran total sistem militer adalah keputusan IDF," terangnya.

"Tidak ada seorang pun di sini yang datang membantu mereka, tidak ada orang Iran, atau tidak ada bantuan internasional," tambahnya.

Gallant mencatat bahwa batalyon Hamas yang tadinya beranggotakan 24 orang telah menyusut menjadi enam. Ada dua di Gaza Tengah dan empat di Rafah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com