Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembebasan Pilot Susi Air Masih Diupayakan di Tengah Perpecahan Internal TPNPB

Kompas.com - 07/02/2024, 19:58 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Kepada BBC News Indonesia, Juru bicara TPNPB Sebby Sambom membantah bahwa pihaknya "siap membebaskan Phillip pada 7 Februari 2024" seperti yang diberitakan oleh sejumlah media.

Menurutnya, upaya pembebasan belum bisa diwujudkan lantaran kelompok Egianus Kogoya, sebagai pihak yang menahan Phillip, masih menolak untuk membebaskannya.

“Kami sudah minta untuk bebaskan pilot, tapi Egianus belum mau membebaskan karena ada komplikasi. Ada kelompok lain yang intervensi,” kata Sebby kepada BBC News Indonesia pada Selasa (6/2/2024).

Keterangan Sebby ini berbeda dengan rilis TPNPB yang diterima BBC News Indonesia pada Rabu (7/2/2024).

Dalam rilis itu, TPNPB mengatakan, pihaknya memberikan "apresiasi yang setingginya" kepada Panglima TPNPB Komando Daerah III Ndugama Darakma dan pasukannya. Hal ini ditekankan karena mereka disebut telah "memperlakukan dengan baik" dan "menjamin kesehatan" sang pilot.

Rilis itu tidak menyebut secara rinci siapa Panglima TPNPB Komando Daerah III Ndugama Darakma. Namun selama ini, Sebby menyebut sang pilot disandera Egianus dan pasukannya di wilayah itu.

Sebby mengeklaim markas pusat TPNPB akan mengirim "tim besar" untuk berkomunikasi dengan Kogoya yang selama ini sudah tidak terjalin.

Upaya itu pun, kata Sebby, kemungkinan membutuhkan waktu setidaknya berminggu-minggu mengingat sulitnya akses untuk menemui Egianus yang selalu berpindah-pindah.

Menurut informasi terakhir yang diterima Sebby, Phillip disebut dalam kondisi "baik, tapi penyakit kronisnya kambuh dan dia membutuhkan obat".

Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Letkol Khristomei Sianturi menuturkan upaya pembebasan "masih terus dilakukan dengan mengedepankan keselamatan pilot Phillip".

Baca juga: Setahun KKB Menyandera Pilot Susi Air (Bagian 1)

Philip disandera oleh kelompok Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023 ketika kelompok Kogoya membakar pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan.

Sebby mengaku pihaknya ingin membebaskan Phillip "atas dasar kemanusiaan" dan TPNPB "menghormati hukum humaniter internasional".

Mereka juga mempertimbangkan status Phillip sebagai warga negara Selandia Baru, yang menurutnya, banyak masyarakat di negara itu mendukung kemerdekaan Papua.

"Kami berusaha cari solusi untuk bebaskan dia segera," tutur Sebby.

Namun kelompok Egianus Kogoya disebut menolak pembebasan itu. Ketua Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jeffrey P Bomanak, yang posisinya tidak diakui oleh TPNPB, turut mendukung sikap Egianus.

Menurut Jeffrey, dikutip dari video di channel Youtube-nya, penyanderaan itu tidak akan mereka lepaskan sampai Indonesia membuka diri melakukan negosiasi eksternal bersama OPM dan TPNPB terkait nasib bangsa Papua untuk merdeka.

Sebby menuding bahwa pernyataan Jeffrey tersebut sebagai bentuk "provokasi" terhadap Egianus.

"Itu karena ada virus-virus, provokator-provokator yang masuk," kata

Bagaimanapun, menurut Sebby, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) mensyaratkan pembebasan itu mesti melalui "pihak ketiga yang netral".

Jalan tengah apa yang mungkin ditempuh?

Pengamat konflik Papua dari Australian National University, Hipolitus Wangge mengatakan, pekerjaan rumah terbesar saat ini adalah menemukan pihak yang "benar-benar dipercaya" oleh para pihak yang terlibat.

Menurut Hipolitus, upaya menjalin komunikasi sejauh ini tampaknya belum efektif dan belum bisa membuahkan kepercayaan di antara para pihak yang terlibat.

Upaya membangun kepercayaan makin dipersulit lantaran terjadi apa yang disebut sebagai "perselisihan pendapat" di antara faksi-faksi di tubuh sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), seperti diakui salah-satu pimpinannya sendiri.

Di sinlah, menurut Hipolitus Wangge, perbedaan sikap antara faksi-faksi di tubuh TPNPB ini masih menjadi persoalan krusial mengapa upaya pembebasan sulit dilaksanakan.

"Apa yang disampaikan Sebby saat ini belum tentu menggambarkan apa yang dinyatakan oleh Egianus," kata Hipolitus ketika dihubungi.

Artinya, komitmen yang disebutkan oleh markas pusat TPNPB --yang diwakili oleh Sebby-- belum tentu menggambarkan komitmen dari Egianus Kogoya, sebagai pihak yang menahan pilot Phillip.

Untuk saat ini, Hipolitus mengatakan pekerjaan rumah terbesar yang perlu diselesaikan adalah menemukan pihak yang benar-benar dipercaya oleh semua pihak untuk menjembatani komunikasi.

"Pemerintah Indonesia kan selalu menjelaskan bahwa mereka sudah berkomunikasi, sudah pendekatan ini, pendekatan itu," kata Hipolitus.

Baca juga: Setahun KKB Menyandera Pilot Susi Air (Bagian 2)

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com