Sejak tahun 1980-an, para ilmuwan kelautan menggunakan serangkaian pelampung yang terstandarisasi, yang mengirimkan lokasi setiap beberapa jam.
Satu dekade yang lalu, ahli kelautan menggunakan data ini untuk membuat peta interaktif yang menunjukkan seberapa jauh puing-puing yang mengapung itu bisa bergerak.
Jika Anda mengetuk suatu titik di lautan, peta interaktif itu akan memberi tahu di mana suatu barang akan terdampar setelah berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan. Misalnya, barang yang dijatuhkan di lepas pantai Jepang dapat mencapai pantai California, AS, setelah sekitar tiga tahun.
Namun terkadang, puing-puing itu sendiri membantu para ilmuwan memetakan arus laut.
Contoh paling terkenal dari adalah 29.000 kura-kura plastik, bebek, katak, dan berang-berang, yang dikenal sebagai Friendly Floatees, yang jatuh ke perairan Pasifik dari kapal Ever Laurel pada tahun 1992.
Ribuan mainan ini terus ditemukan lebih dari satu dekade kemudian sehingga memungkinkan para peneliti melacak kecepatan, lokasi, dan jangkauan arus laut.
Di Jepang, di tempat bola raksasa itu ditemukan, para peneliti juga menggunakan barang-barang apung itu untuk memetakan arus.
Shigeru Fujieda, seorang pakar dari Universitas Kagoshima mengatakan, barang-barang tersebut termasuk benda alami seperti batu apung dari gunung berapi bawah laut dan juga barang-barang bekas, seperti selongsong tinta alat pencetak, jarum suntik, bola golf, kartu nama dan botol minuman.
Dalam makalah yang diterbitkan awal bulan ini, Fujieda mengusulkan cara baru untuk melacak arus laut: korek gas plastik.
“Korek plastik adalah salah satu dari sedikit jenis sampah laut yang berisi asal muasalnya, karena tercetak info mengenai negara atau kota konsumennya,” tulisnya.
Terlebih lagi, korek plastik "bisa terapung-apung dalam waktu lama di laut karena bentuknya yang kokoh dan berongga. Korek plastik dapat dengan mudah ditemukan, diambil, dan dibawa di pantai, karena warnanya cerah dan ukurannya kecil".
Baca juga: Lansia Timbun Sampah 3 Ton di Rumah Selama 3 Tahun, Tetangga Lapor Tak Tahan Bau
Dalam studinya, Fujieda menganalisis 79.948 korek api dari pantai dan muara yang dikumpulkan di sepanjang Pasifik Utara, dari Jepang hingga Amerika, selama tujuh tahun.
Dengan metode ini, Fujieda dapat memetakan dan melacak aliran sampah laut di Asia dan Amerika, yang pada prinsipnya membuat negara-negara itu bisa lebih memahami dari mana asal polusi plastik dan sampah yang muncul di pantai.
Pada prinsipnya, informasi tersebut juga dapat membantu mengidentifikasi bagaimana spesies yang berpotensi invasif bisa melintasi lautan dengan menumpang puing-puing yang mengapung untuk menjajah wilayah baru di dunia.
Pada 2011, tsunami yang melanda Jepang menghanyutkan lima juta ton sampah ke laut.