Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Beijing, Menlu Negara Arab dan Muslim Desak Diakhirinya Perang Gaza

Kompas.com - 20/11/2023, 20:27 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

BEIJING, KOMPAS.com - Para menteri luar negeri dari negara-negara Arab dan Muslim pada Senin (20/11/2023) menyerukan gencatan senjata di Gaza segera saat mereka bertemu di Beijing, China.

Ini adalah lawatan pertama mereka ke Beijing untuk mendorong diakhirinya permusuhan dan mengijinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina yang telah hancur tersebut.

Para menlu tersebut juga meningkatkan tekanan kepada Barat untuk menolak pembenaran Israel atas tindakannya terhadap warga Palestina sebagai pembelaan diri.

Baca juga: Sejumlah Negara Serukan Hamas-Israel Redakan Konflik Saat Korban Tewas Capai 1.000 Orang

Para pejabat yang mengadakan pertemuan dengan Menlu China Wang Yi pada Senin ini di antaranya berasal dari Arab Saudi, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina, dan Organisasi Kerjasama Islam.

"Kami di sini untuk mengirim sinyal yang jelas: yaitu kita harus segera menghentikan pertempuran dan pembunuhan, kita harus segera mengirimkan pasokan kemanusiaan ke Gaza," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, dikutip dari Reuters.

KTT luar biasa gabungan negara-negara Islam-Arab yang diselenggarakan di Riyadh, Arab Saudi, pada bulan ini juga telah mendesak Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza.

Arab Saudi sendiri telah berusaha menekan Amerika Serikat dan Israel untuk mengakhiri permusuhan di Gaza.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, juga telah mengumpulkan para pemimpin Arab dan Muslim untuk memperkuat pesan tersebut.

Baca juga: Netanyahu Tolak Seruan Gencatan Senjata, Tetap Lanjutkan Serangan

"Kami menantikan peran yang lebih kuat dari negara-negara besar seperti Cina untuk menghentikan serangan terhadap Palestina di Jalur Gaza. Sayangnya, ada negara-negara besar yang memberikan perlindungan terhadap serangan Israel saat ini," ucap Menlu Mesir Sameh Shoukry kepada Menlu China, dalam posting Kementerian Luar Negeri Mesir di pada Senin.

Sekitar 240 sandera diculik dalam serangan lintas batas mematikan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober, yang mendorong Israel untuk menginvasi Jalur Gaza dengan tujuan untuk membasmi kelompok militan Islam tersebut.

Duta Besar Israel untuk Beijing, Irit Ben-Abba, mengatakan kepada para wartawan asing dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin bahwa ia berharap tidak akan ada pernyataan apa pun dari kunjungan ini mengenai gencatan senjata.

"Sekarang bukan waktunya," ucap dia.

Ia mengatakan bahwa Israel berharap delegasi tersebut akan berbicara tentang sandera yang ditangkap oleh Hamas dan menyerukan pembebasan segera tanpa prasyarat.

Irit Ben-Abba menambahkan bahwa pihak-pihak yang terlibat harus berbicara bersama tentang peran Mesir dalam memfasilitasi bantuan kemanusiaan.

Baca juga: 18 Organisasi di Bawah Naungan PBB Desak Gencatan Senjata di Gaza

Pernyataan Wang Yi

 

Sementara itu, Menlu China Wang mengatakan, bahwa Beijing adalah teman dan saudara yang baik bagi negara-negara Arab dan Muslim.

Dia menambahkan bahwa China selalu mendukung dengan tegas perjuangan rakyat Palestina untuk memulihkan hak-hak dan kepentingan nasional mereka yang sah.

Sejak dimulainya permusuhan, kementerian luar negeri China telah berulang kali berhenti mengutuk Hamas, dan sebaliknya menyerukan de-eskalasi.

China mendorong Israel dan Palestina mengejar "solusi dua negara" untuk Palestina yang merdeka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com