Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kenapa Iran Dibawa-bawa dalam Perang Israel-Hamas

Kompas.com - 16/11/2023, 14:37 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

GAZA, KOMPAS.com - Setelah Hamas meluncurkan serangan terhadap Israel, pemimpin Iran memuji apa ia sebut sebagai "gempa bumi menghancurkan" bagi Israel dan menambahkan: "Kami mencium tangan mereka yang merencanakan serangan itu."

Meski begitu, Ayatollah Ali Khamenei juga segera membantah bahwa Iran terlibat dalam serangan yang mengakibatkan 1.200 orang tewas dan lebih dari 240 orang disandera.

Usai serangan Hamas, Israel membalas dengan serangan udara dan operasi darat di Gaza, yang menewaskan lebih dari 11.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.

Baca juga: Remaja Iran Kembali Meninggal Setelah Ditangkap Polisi Moral

Meskipun keterlibatannya dalam serangan telah dibantah Iran, mengapa negara itu secara konsisten dikaitkan dengan Hamas di media sosial dan kantor berita arus utama usai serangan itu?

Mungkin alasan logis yang langsung mengemuka adalah dukungan Iran yang tak tergoyahkan terhadap apa yang disebut sebagai Poros Perlawanan.

Poros perlawanan merupakan aliansi kelompok-kelompok yang menentang Israel dan pengaruh AS di Timur Tengah. Poros itu mencakup Hamas, Hezbollah di Lebanon, milisi di Irak, dan pemberontak Houthi di Yaman.

Iran, yang menghadapi sanksi dunia internasional karena ambisi nuklirnya dan pelanggaran hak asasi manusia, sedang menangani sejumlah tantangan ekonomi dan politik.

Sebagai upaya melindungi kepentingannya sendiri, Iran dituduh menggunakan sekutu dan rekannya untuk melawan musuh-musuh di wilayahnya.

Hezbollah dan Hamas pun mendapatkan manfaat dari dukungan Iran dalam mempelopori gerakan melawan Israel.

Bagaimana sejarah antara Iran dan Israel?

Israel dan Iran tidak selalu menjadi musuh bebuyutan. Bahkan, sebelum revolusi 1979 dan berdirinya republik, Iran--sebuah negara non-Arab--pernah berperan sebagai sekutu strategis Israel.

Tetapi keadaan itu berubah ketika revolusi menempatkan Ayatollah Ruhollah Khomeini di takhta kekuasaan. Ia mengubah Iran menjadi negara teokratis dengan retorika anti-Israel.

Perjuangan demi Palestina dengan cepat menjadi bagian kunci dalam narasinya. Misi itu menjadi sangat populer, termasuk di dalam komunitas intelektual dan sayap kiri.

Hanya enam hari setelah revolusi, Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat itu, menjadi pejabat luar negeri pertama yang bertemu Ayatollah Khomeini dan pemerintah sementara di Teheran.

Beberapa jam setelah pertemuan Arafat dengan kabinet baru, Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

Namun, keputusan Iran untuk berpihak pada Palestina tidak sesederhana itu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com