Dan akhirnya, katanya, muncul pertanyaan rumit tentang bagaimana IDF akan berhasil "menghancurkan" Hamas tanpa membahayakan nyawa lebih dari 200 sandera yang diculik oleh kelompok militan itu di Israel.
IDF tampaknya berupaya melawan dengan serangan berskala lebih kecil daripada invasi besar-besaran yang dramatis, setidaknya untuk awal.
Poniscjakova mengatakan bahwa militer mungkin akan melakukan serangan berskala kecil selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.
"Hal itu, bagi saya, menunjukkan bahwa apa pun yang akan terjadi, akan memakan waktu lama," katanya.
Baca juga:
Pada saat ini, masih belum jelas berapa banyak tentara Israel yang telah dikirim ke Gaza.
Juru bicara militer IDF Daniel Hagari mengatakan dalam konferensi pers pada Minggu (29/10/2023) bahwa militer "secara bertahap memperluas aktivitas darat dan cakupan pasukan kami di Jalur Gaza," seraya menambahkan, "kami akan melakukan semua yang kami bisa dari udara, laut, dan darat untuk memastikan keamanan pasukan kami dan mencapai tujuan perang."
Koresponden DW membenarkan serangan yang makin intensif ke Gaza.
"Di sini Anda benar-benar dapat melihat dan mendengar bagian-bagian dari tahap kedua yang terjadi di depan mata dan telinga kita," kata koresponden DW, Ritters.
"Kami melihat serangan artileri yang cukup konstan (...) serta serangan udara di kejauhan (...) tentu saja mendengar jet tempur terbang di atas kepala dari waktu ke waktu."
Ritters mengatakan bahwa dari posisinya, orang bisa mendengar tembakan senapan mesin berat dan ringan, yang menunjukkan bahwa militer Israel dan Hamas relatif dekat satu sama lain.
Namun, "dalam hal fase kedua, kami tidak tahu persis dalam istilah militer apa artinya," katanya.
Hampir tidak mungkin untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya mengenai situasi di Gaza karena pemadaman listrik dan internet yang meluas di seluruh wilayah tersebut sejak Jumat (27/10/2023).
Jadi, kata Ritters, tidak jelas seberapa besar perlawanan yang didapat pasukan Israel dari Hamas.
"Informasi terus mengalir, tetapi ini juga merupakan perang informasi," katanya. "Kami mendapatkan disinformasi dari semua pihak, mendengar berbagai hal di media sosial. Dan untuk benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, masih terlalu dini untuk mengatakannya."
IDF menerbitkan informasi pada Minggu (29/10/2023), mencatat bahwa setidaknya dua tentaranya telah terluka.
Baca juga: PM Singapura Berharap Hubungan Negaranya dengan Israel Tak Pengaruhi Malaysia