Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI di Gaza Saat Perang Hamas-Israel, Terbangun oleh Suara Rudal

Kompas.com - 10/10/2023, 21:52 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Ke mana eskalasi situasi ini mengarah?

Direktur Eksekutif Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Ryantori mengatakan, situasi saat ini "mengkhawatirkan" bagi dunia mengingat banyaknya korban jiwa yang jatuh.

Israel, menurut dia, telah "kecolongan" dengan serangan Hamas yang mampu menembus garis perbatasan mereka dengan Gaza yang selama ini dijaga ketat. Selain itu, ribuan roket juga ditembakkan dari Gaza ke Israel.

Israel selama ini dikenal memiliki kemampuan pertahanan dan intelijen yang kuat. Perbatasan Gaza dengan Israel dipasang kamera, sensor gerak tanah, hingga patroli tentara rutin.

Terdapat juga pagar kawat berduri, namun ternyata milisi Hamas mampu menembus perbatasan dengan memotong kawat pagar pembatas, menggunakan paragliding, hingga menyusup melalui jalur laut.

Tembakan roket Hamas juga menembus sistem pertahanan udara Israel, yang dikenal sebagai Iron Dome.

"Dengan adanya kejadian ini tentu saja Israel tidak akan diam. Dalam hari-hari ke depan tentu saja eskalasinya akan cukup mengkhawatirkan," kata Ryantori.

Itu terlihat dari pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang "berperang" dan bersumpah bahwa Hamas akan "membayar harga yang belum pernah diketahui".

Di sisi lain, Ryantori mengatakan, perlawanan Hamas itu tidak bisa dilepaskan dari konteks pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Dia berharap negara-negara berpengaruh di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Iran dapat berperan meredam situasi dan meminta kedua belah pihak gencatan senjata demi mencegah jatuhnya korban sipil.

Namun sejauh ini, Hamas justru mengakui kepada BBC News bahwa serangan itu didukung oleh Iran.

Pengamat politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Muhammad Lutfi Zuhdi juga mengatakan bahwa situasi ini bukan cuma tidak terduga, namun berdampak paling serius bagi Israel.

"Baru sekarang ini Hamas berhasil menyerang masuk ke wilayah Israel. Tentu bisa melewati perbatasan Israel adalah sesuatu yang tidak mudah, tapi ternyata bisa diterobos oleh Hamas," ujar Lutfi.

Aksi balasan dari Israel, sambung Lutfi, sangat mungkin mengarah melakukan operasi besar-besaran untuk memburu para milisi Hamas dan mencari titik-titik sumber serangan awal.

Namun Lutfi berpendapat, eskalasi konflik yang sangat besar antara Israel dan Hamas kemungkinan besar tidak terjadi.

"Eskalasi besar baru bisa terjadi jika ada negara lain yang membantu Hamas, tapi dalam situasi ini negara-negara lain di sekitarnya sudah 'lumpuh' karena punya perjanjian diplomatik dengan Israel, jadi tidak mungkin memberi dukungan langsung terhadap Hamas," jelas Lutfi.

Baca juga: Kenapa Iron Dome Israel Gagal Cegah Serangan Roket Hamas?

Apa yang bisa dilakukan oleh Indonesia?

Lutfi juga menilai respons Pemerintah Indonesia yang menyatakan "prihatin" atas eskalasi Israel-Palestina sejauh ini tergolong "normatif".

Namun reaksi yang lebih keras kemungkinan akan muncul dari kalangan masyarakat atau organisasi masyarakat.

"Mungkin akan terjadi demonstrasi mendesak pemerintah untuk memberi sikap yang lebih keras," kata dia.

Dalam hal ini, Lutfi menilai Indonesia semestinya bisa menggalang kekuatan diplomatik bersama negara-negara Islam agar mendorong Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat darurat terkait situasi di Palestina-Israel.

Baca juga: Siapa Hamas dan Mengapa Menyerang Israel?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com