Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Kompas.com - 28/09/2023, 14:37 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Jennifer Holleis/DW Indonesia

RIYADH, KOMPAS.com - Setelah berbulan-bulan menjalani negosiasi tertutup yang ditengahi Amerika Serikat (AS), para pemimpin Arab Saudi dan Israel mengatakan optimismenya terhadap pemulihan hubungan kedua negara.

Pekan lalu, Putra Mahkota dan pemimpin de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengonfirmasi bahwa Arab Saudi dan Israel kian hari kian dekat, dan bahwa negosiasi tersebut akan jadi "kesepakatan bersejarah terbesar sejak Perang Dingin" ujarnya dalam wawancara dengan stasiun TV AS, Fox News.

Pada Jumat (22/9/2023) di Sidang Umum PBB (UNGA) di New York, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menggambarkan negosiasi tersebut berada "di titik puncak kesepakatan yang akan menjadi lompatan kuantum bagi kawasan ini."

Baca juga: Perjanjian Damai Beres, Hubungan Israel-Arab Saudi Membaik?

Namun, kenyataan di lapangan lebih kompleks dan masih banyak permasalahan yang masih perlu diselesaikan.

Arab Saudi tertarik sektor inovasi dan keamanan

Kerajaan di bawah pemerintahan Mohammed bin Salman ini telah meningkatkan hubungan dengan Qatar pada 2021, mulai menjalin hubungan dengan negara musuh bebuyutannya yakni Iran awal tahun ini, dan ingin keluar dari perang yang mahal dan berdarah di Yaman, melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran.

Semua langkah dan aspirasi ini sejalan dengan "Visi 2030" Arab Saudi, yakni upaya perombakan ekonomi dan sosial untuk memodernisasi negara kaya minyak tersebut.

Saudi ingin beralih dari mengandalkan minyak sebagai sumber pendapatan utama, dan lebih berfokus kepada energi terbarukan, pariwisata nonreligius, dan produk inovasi.

Dalam hal ini, Israel berguna karena mereka adalah kekuatan besar dalam industri teknologi dan, seperti Saudi, juga tidak berhubungan baik dengan Iran.

Para ahli pun melihat peran AS sebagai motor utama negosiasi Saudi-Israel.

"Pemulihan hubungan Saudi-Israel setidaknya merupakan kesepakatan trilateral yang mencakup Amerika Serikat," Peter Lintl, peneliti di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, mengatakan kepada DW.

"Sebagai imbalan atas normalisasi hubungannya dengan Israel, Saudi menuntut (untuk menjalankan) program nuklir sipil mereka dan jaminan keamanan dari AS," kata Lintl.

Setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018, Arab Saudi juga tertarik untuk memperbaiki hubungan dengan AS.

Baca juga: AS Tetapkan MBS Kebal Atas Gugatan Pembunuhan Jurnalis Jamal Khashoggi

Namun Sebastian Sons, peneliti senior di lembaga pemikir Carpo di Jerman, ragu akan kemungkinan Arab Saudi dan Israel menandatangani perjanjian dalam waktu dekat.

"Normalisasi secara resmi tidak terlalu diperlukan saat ini, karena Arab Saudi sudah bekerja sama erat dengan Israel di banyak bidang," kata Sons.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com