YERUSALEM, KOMPAS.com - Presiden Israel mendesak kedua belah pihak yang bertikai terkait upaya perombakan peradilan untuk menahan diri dari kekerasan, menggunakan kesempatan puasa Yahudi pada hari Kamis (27/7/2023) untuk menyerukan rekonsiliasi.
Hal ini direspons oleh para pemrotes yang terus bersumpah akan melakukan lebih banyak demonstrasi.
Rencana yang sedang diupayakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahan sayap kanannya telah memicu protes berbulan-bulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca juga: Parlemen Israel Setujui Reformasi Sistem Peradilan di Tengah Protes Besar-besaran
Ha ini, seperti dilansir dari Reuters, membuka perpecahan yang mendalam dalam masyarakat Israel, dan merenggangkan kesetiaan beberapa tentara cadangan.
Kini memasuki bulan ketujuh, krisis kian meningkat setelah parlemen meloloskan perubahan pertama, memangkas kekuasaan Mahkamah Agung untuk mengesampingkan tindakan pemerintah dan meningkatkan kekhawatiran akan integritas demokrasi Israel.
Demonstrasi yang mendukung dan menentang perombakan peradilan ditunda selama Tisha B'av, hari puasa untuk memperingati penghancuran dua kuil Yahudi kuno di Yerusalem yang dituding sebagai pertikaian yang tidak perlu.
"Saya mengimbau semua orang. Bahkan ketika kekacauan memuncak, harus menjaga batas-batas perselisihan dan menahan diri dari kekerasan dan tindakan yang tidak dapat diubah," kata Presiden Isaac Herzog, yang sebagian besar memainkan peran seremonial, di Facebook.
Kelompok-kelompok pengawas politik telah mengajukan banding ke Mahkamah Agung untuk membatalkan undang-undang baru yang diberlakukan oleh koalisi nasionalis-religius Netanyahu, yang memicu pertikaian.
Pertikaian hukum akan dimulai pekan mendatang, ketika pengadilan tinggi akan mendengar banding terhadap undang-undang koalisi yang disahkan pada bulan Maret, yang membatasi syarat-syarat untuk mencopot perdana menteri dari jabatannya.
Sementara itu, para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka akan kembali berunjuk rasa ketika puasa berakhir saat matahari terbenam.
Baca juga: Israel Serang Jenin, Menlu Cohen: Kami Tak Perangi Warga Palestina
Mereka menuduh Netanyahu berupaya mengekang independensi pengadilan, bahkan ketika ia menyatakan dirinya tidak bersalah dalam persidangan kasus korupsi, dan secara sepihak mengubah sistem peradilan yang merugikan kaum liberal sekuler yang dulunya dominan.
Netanyahu mengatakan bahwa reformasi tersebut akan menyeimbangkan cabang-cabang pemerintahan.
Dia menganggap protes tersebut sebagai upaya untuk menggagalkan mandat demokrasinya.
Baca juga: Sejarah Kamp Jenin dan Kenapa Diserang Israel
"Ada jalan tengah di sana dan saya harap kita dapat mencapainya," katanya dalam sebuah wawancara dengan Good Morning America di ABC News.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.