PBB, KOMPAS.com - Presiden El Salvador Nayib Bukele membanggakan keberhasilan pemberantasan gengnya dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada Selasa (19/9/2023)
Dia memuji kemajuan pemerintahannya meski kritik internasional atas pelanggaran HAM terus berjalan.
Bukele mengatakan bahwa jika El Salvador mendengarkan kritik dari luar, termasuk beberapa orang di PBB, negara kecil di Amerika Tengah ini akan kembali menjadi ibu kota pembunuhan dunia.
Baca juga: Upaya China Wujudkan Tata Kelola HAM Global yang Baik
“Hari ini, saya datang untuk memberitahu Anda bahwa perdebatan itu telah berakhir,” kata Bukele. “Keputusan yang kami ambil sudah tepat. Kita bukan lagi ibu kota kematian dunia dan kita mencapainya dalam waktu singkat. Saat ini kita adalah contoh keamanan dan tidak ada yang meragukannya. Ada hasilnya. Itu tidak dapat disangkal.”
Dilansir dari Reuters, lebih dari 72.000 orang telah ditangkap berdasarkan keadaan darurat yang diminta Bukele pada Maret 2022 setelah meningkatnya kekerasan geng.
Kekuasaan khusus yang diberikan Kongres kepada Bukele menangguhkan beberapa hak dasar seperti akses terhadap pengacara dan alasan penangkapan seseorang.
Kritikus mengatakan bahwa tidak ada proses hukum yang adil dan ribuan orang yang tidak bersalah menjadi korban serangan keamanan.
Lebih dari 7.000 orang telah dibebaskan karena kurangnya bukti adanya hubungan geng.
Pada bulan Maret, kantor hak asasi manusia PBB menyatakan keprihatinan atas tindakan keras yang telah berlangsung selama setahun ini, dengan mencatat pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, ribuan penangkapan yang tidak berdasar, dan puluhan kematian dalam tahanan.
Namun di dalam negeri, kebijakan keamanan Bukele sangat populer.
Hal tersebut kemungkinan besar akan menjadi inti kampanyenya untuk terpilih kembali tahun depan, sesuatu yang dilarang oleh konstitusi El Salvador tetapi diizinkan oleh hakim pengadilan yang dipilih oleh para pendukungnya di Dewan Legislatif.
Seperti yang dikatakan Bukele, warga Salvador dapat berjalan tanpa rasa takut di lingkungan mereka dan membiarkan anak-anak mereka bermain di luar tanpa rasa takut yang menindas akan perekrutan geng dan kekerasan.
Pada tahun 2015, El Salvador dianggap sebagai salah satu negara paling kejam di dunia karena mencatat 6.656 kasus pembunuhan, atau sekitar 106 per 100.000 orang.
Baca juga: Isu Pelanggaran HAM di Korea Utara Tertutup Konflik Nuklir
Sepanjang tahun ini, Polisi Sipil Nasional telah mencatat 146 kasus pembunuhan hingga 18 September, lebih dari 72 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Keamanan baru di El Salvador telah menarik lebih banyak pengunjung internasional dan mulai menarik warga El Salvador yang sudah lama pindah untuk menghindari kekerasan, katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.