Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Indonesia: Limbah PLTN Fukushima Ancam Perairan, Indonesia Perlu Khawatir

Kompas.com - 25/08/2023, 14:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: Fathiyah Wardah/VOA Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang memutuskan mulai membuang air limbah radioaktif yang telah diolah PLTN Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8/2023).

Persiapan pembuangan air radioaktif ini dilakukan oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sebagai pengelola PLTN Fukushima.

Air limbah tersebut sebelumnya digunakan untuk mendinginkan reaktor radioaktif PLTN Fukushima Daiichi yang diterjang gempa dahsyat dan tsunami pada 11 Maret 2011.

Baca juga: Jepang Buang Limbah Fukushima ke Samudera Pasifik, Indonesia Perlu Khawatir?

Air pengelolaan ini telah disimpan dalam tangki di PLTN Fukushima selama lebih dari satu dekade. Tetapi, tempat penyimpanan tersebut kini telah kehabisan ruang.

Pengkampanye iklim dan energi di Greenpeace Indonesia, Didit Haryo Wicaksono, kepada VOA, mengatakan proses pembuangan limbah radioaktif yang setara dengan 540 kolam renang olimpiade itu seperti menanam bom ekologis ke wilayah perairan di Pasifik.

Hal ini juga menunjukkan pemerintah Jepang sudah kehabisan akal dalam pengolahan limbah radioaktif yang terus bertambah setiap tahun.

Sebagai negara kepulauan dengan kawasan perairan yang sangat luas dan berbatasan langsung dengan perairan Pasifik, tentu Indonesia perlu khawatir dengan Jepang buang limbah PLTN Fukushima.

Meskipun dampaknya belum dirasakan saat ini tapi, lanjutnya, ancaman tersebut menghadang di tahun yang akan datang.

Menurutnya kandungan zat-zat radioaktif ini sangat mungkin terakumulasi di hasil laut yang didapat dari perairan Indonesia.

"Karena sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan berbatasan langsung dengan Pasifik, ancaman atas limbah yang dilepaskan oleh pemerintah Jepang itu tentu akan berdampak dengan wilayah perairan kita. Akumulasi dari zat-zat radioaktif yang kemudian memapar wilayah perairan kita sangat mungkin masuk ke dalam hasil-hasil tangkapan kita," kata Didit, Kamis.

Baca juga: Limbah Fukushima Dibuang, China Larang Semua Makanan Laut Jepang

Sementara itu, peneliti senior bidang nuklir di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Djarot Sulistio Wisnubroto justru menyatakan sebaliknya.

Menurutnya Indonesia tidak perlu khawatir akan potensi bahaya dari pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah tersebut. Ini dikarenakan air limbah yang dibuang itu sudah diolah sebelumnya, dan kegiatan semacam ini umum dilakukan PLTN berbasis air di seluruh dunia.

PLTN berbasis air, kata Djarot, secara periodik melepas air limbah radioaktif yang mengandung tritium ke sungai atau laut. Hal ini tidak masalah karena jauh dari batas yang disyaratkan.

"Itulah yang menyebabkan saya memberikan kesimpulan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan masyarakat Indonesia terkait dengan pelepasan air terolah dari Fukushima Daiichi tersebut. Kalau itu dipermasalahkan, itu lebih ke arah politik daripada sains," ujarnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com