Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.000 Lebih Bahan Peledak Era Perang Saudara Ditemukan di Sekolah Kamboja

Kompas.com - 13/08/2023, 21:13 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP


PHNOM PENH, KOMPAS.com - Ribuan keping bahan peledak yang belum meledak sisa dari perang saudara Kamboja telah ditemukan di dalam sebuah sekolah di timur laut negara itu.

Puluhan tahun setelah terjadinya konflik brutal dan kampanye pengeboman AS yang dimulai pada 1960-an, Kamboja masih menjadi salah satu negara paling banyak dibom dan diranjau di dunia.

Direktur Jenderal Pusat Penertiban Ranjau Kamboja, Heng Ratana, pada Minggu (13/8/2023) mengatakan, para penjinak ranjau telah menemukan lebih dari 2.000 bahan peledak, termasuk lebih dari 1.000 granat M79, di dalam halaman sebuah sekolah menengah di provinsi Kratie selama tiga hari.

Baca juga: Hun Manet Anak Hun Sen Jadi PM Baru Kamboja, Barat Kecam Hasil Pemilu

Dia menyampaikan kepada AFP, bahwa sisa-sisa bahan peledak tersebut ditemukan setelah sekolah tersebut membuka lahan untuk memperluas kebun.

"Sekolah telah ditutup untuk sementara waktu," kata Heng Ratana.

Foto-foto menunjukkan beberapa bahan peledak yang telah digali, berkarat dan ditumpuk dalam beberapa baris.

"Ini adalah keberuntungan besar bagi para siswa. Bahan peledak ini mudah meledak jika seseorang menggali ke dalam tanah dan menghantamnya," ucapnya.

Menurut Heng, lokasi ini adalah sebuah stasiun militer selama perang.

Dia menyebut, sebuah operasi untuk membersihkan lahan tersebut mungkin akan menemukan lebih banyak lagi bahan peledak.

Perang saudara Kamboja berlangsung hingga 1975, dengan Amerika Serikat dan Vietnam Utara dan Selatan yang saat itu mendukung berbagai pihak.

Efek dari kampanye pengeboman AS dan ladang ranjau yang ditinggalkannya telah lama dirasakan dengan cara yang tragis.

Baca juga: Anak Hun Sen, Hun Manet, Akan Jadi PM Baru Kamboja

Sekitar 20.000 warga Kamboja dilaporkan telah terbunuh selama empat dekade terakhir setelah menginjak ranjau darat atau bom.

Pekerjaan pembersihan ranjau terus berlanjut hingga hari ini, dengan pemerintah berjanji untuk membersihkan semua ranjau dan persenjataan yang belum meledak pada tahun 2025.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com