Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jambore Pramuka Dunia Berakhir Dini, Media Korsel Sebut "Aib Nasional"

Kompas.com - 08/08/2023, 23:15 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: DW Indonesia

BUAN, KOMPAS.com - Jelang terjangan angin topan, puluhan ribu peserta Jambore Dunia di Korea Selatan dievakuasi dari area perkemahan. Tantangan berat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad penyelenggaraan jambore global.

Eksodus massal peserta Jambore Dunia di Korea Selatan (Korsel) terpaksa dilakukan pada Selasa (8/8/2023) akibat gelombang panas yang telah membuat ratusan peserta jatuh sakit, sehingga mendorong Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menarik kontingennya lebih awal.

"Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun penyelenggaraan Jambore Pramuka Sedunia, kami harus menghadapi tantangan yang begitu besar," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia Ahmad Alhendawi dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan Akan Diakhiri Lebih Awal

Peserta jambore dievakuasi akibat cuaca buruk.AFP/ANTHONY WALLACE via DW INDONESIA Peserta jambore dievakuasi akibat cuaca buruk.
Dihantam cuaca ekstrem bertubi-tubi

Alhendawi mengatakan bahwa agenda yang mengumpulkan sekitar 43.000 anggota pramuka di sebuah perkemahan di Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan, begitu "sangat tidak beruntung dengan adanya gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sekarang topan."

Kondisi cuaca ekstrem seperti itu, "secara signifikan berdampak pada perencanaan dan pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia ke-25," ungkap Alhendawi, seraya menambahkan bahwa terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, para anggota pramuka telah menunjukkan "ketangguhan, tekad, dan kepemimpinan yang sejati dalam menghadapi kesulitan."

Organisasi pramuka sedunia itu juga mengatakan bahwa perayaan tahun ini adalah pertama kalinya sebuah agenda perkemahan dievakuasi akibat cuaca buruk, setelah insiden ketika angin topan melanda agenda Jambore Dunia di Jepang pada tahun 1971 silam.

Pemerintah Korea Selatan mengirimkan ribuan bus untuk bantu evakuasi.AFP/ANTHONY WALLACE via DW INDONESIA Pemerintah Korea Selatan mengirimkan ribuan bus untuk bantu evakuasi.
Jambore Dunia berakhir dini

Pada Selasa (8/8/2023), terlihat puluhan ribu anggota pramuka mengemasi tenda dan barang-barang mereka di area perkemahan yang luas di Buan, lalu mengantre untuk naik ke bus menuju akomodasi alternatif di Seoul dan sekitarnya.

Pasukan Khusus Korea berada di lokasi perkemahan untuk membantu evakuasi, menurut pantauan wartawan AFP di lokasi. Pemerintah Korsel juga telah mengirimkan 1.000 bus untuk memindahkan para anggota pramuka yang sebagian besar adalah remaja, dari lokasi tersebut.

Menteri Dalam Negeri Korea Selatan Lee Sang-min mengatakan, pemerintah akan memastikan para peserta mendapatkan keamanan dan kenyamanan di penginapan baru mereka, serta berjanji bahwa program jambore akan dilanjutkan.

"Saya berharap masyarakat Korea juga menyambut dengan hangat para peserta jambore yang menempuh perjalanan jauh untuk tiba di penginapannya," imbuhnya.

Media Korea menyebut jambore tahun ini sebagai "aib nasional", setelah gelombang panas yang ekstrem menyebabkan ratusan remaja jatuh sakit.

Baca juga: Topan Khanun Picu Evakuasi 36.000 Peserta Jambore Pramuka Dunia Hari Ini

Pramuka asal AS dan Inggris bahkan telah menarik diri lebih dulu, sebelum perintah evakuasi.YONHAP/CHOE YOUNG-SOO via DW INDONESIA Pramuka asal AS dan Inggris bahkan telah menarik diri lebih dulu, sebelum perintah evakuasi.
"Waktu yang sangat menyenangkan"

Namun, para anggota pramuka di perkemahan Buan itu justru mengatakan kepada tim AFP bahwa mereka merasa sedih untuk pergi.

"Ini sangat sulit, tetapi kami sangat bersenang-senang. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri dengan situasi, tetapi anak-anak muda ini menghabiskan waktu dengan sangat menyenangkan," tutur Nicola Raunig, 27 tahun, pemimpin unit pramuka Austria, kepada tim AFP.

"Saya sedih ini akan segera berakhir," kata Raunig, seraya menambahkan bahwa dia berharap para peserta dapat menikmati "seluruh pengalamannya". Raunig juga mengatakan bahwa, "kami akan melakukan yang terbaik”.

Topan Khanun, yang menewaskan sedikitnya dua orang di Jepang, diprediksi akan melanda Korea Selatan pada Kamis (10/8/2023), di area dekat perkemahan Jambore Dunia tersebut.

Badan cuaca Korea Selatan mengatakan, Topan Khanun diperkirakan akan membawa hujan lebat dan angin kencang melintasi Semenanjung Korea, termasuk angin dengan kecepatan maksimum hingga 160 kilometer per jam.

Sebelumnya, pihak penyelenggara bersikeras bahwa jambore akan tetap berlangsung meskipun ada tantangan. Namun, pada Senin (7/8/2023) panitia mengonfirmasi bahwa para peserrta akan dievakuasi dan perkemahan ditutup akibat angin topan yang semakin mendekat.

Pihak penyelenggara juga mendapat kritik keras oleh media lokal dan para orangtua peserta karena kurangnya perencanaan dalam menghadapi cuaca panas ekstrem, meskipun Korea Selatan juga memiliki waktu enam tahun dalam mempersiapkan acara tersebut.

Baca juga: Jambore Pramuka Dunia Coreng Korsel, BTS Diminta Konser untuk Peserta

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Jambore Dunia di Korea Selatan Berakhir akibat Cuaca Ekstrem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com