Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jambore Pramuka Dunia Berakhir Dini, Media Korsel Sebut "Aib Nasional"

BUAN, KOMPAS.com - Jelang terjangan angin topan, puluhan ribu peserta Jambore Dunia di Korea Selatan dievakuasi dari area perkemahan. Tantangan berat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad penyelenggaraan jambore global.

Eksodus massal peserta Jambore Dunia di Korea Selatan (Korsel) terpaksa dilakukan pada Selasa (8/8/2023) akibat gelombang panas yang telah membuat ratusan peserta jatuh sakit, sehingga mendorong Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menarik kontingennya lebih awal.

"Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun penyelenggaraan Jambore Pramuka Sedunia, kami harus menghadapi tantangan yang begitu besar," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Gerakan Pramuka Sedunia Ahmad Alhendawi dalam sebuah pernyataan.

Kondisi cuaca ekstrem seperti itu, "secara signifikan berdampak pada perencanaan dan pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia ke-25," ungkap Alhendawi, seraya menambahkan bahwa terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, para anggota pramuka telah menunjukkan "ketangguhan, tekad, dan kepemimpinan yang sejati dalam menghadapi kesulitan."

Organisasi pramuka sedunia itu juga mengatakan bahwa perayaan tahun ini adalah pertama kalinya sebuah agenda perkemahan dievakuasi akibat cuaca buruk, setelah insiden ketika angin topan melanda agenda Jambore Dunia di Jepang pada tahun 1971 silam.

Pasukan Khusus Korea berada di lokasi perkemahan untuk membantu evakuasi, menurut pantauan wartawan AFP di lokasi. Pemerintah Korsel juga telah mengirimkan 1.000 bus untuk memindahkan para anggota pramuka yang sebagian besar adalah remaja, dari lokasi tersebut.

Menteri Dalam Negeri Korea Selatan Lee Sang-min mengatakan, pemerintah akan memastikan para peserta mendapatkan keamanan dan kenyamanan di penginapan baru mereka, serta berjanji bahwa program jambore akan dilanjutkan.

"Saya berharap masyarakat Korea juga menyambut dengan hangat para peserta jambore yang menempuh perjalanan jauh untuk tiba di penginapannya," imbuhnya.

Media Korea menyebut jambore tahun ini sebagai "aib nasional", setelah gelombang panas yang ekstrem menyebabkan ratusan remaja jatuh sakit.

"Ini sangat sulit, tetapi kami sangat bersenang-senang. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri dengan situasi, tetapi anak-anak muda ini menghabiskan waktu dengan sangat menyenangkan," tutur Nicola Raunig, 27 tahun, pemimpin unit pramuka Austria, kepada tim AFP.

"Saya sedih ini akan segera berakhir," kata Raunig, seraya menambahkan bahwa dia berharap para peserta dapat menikmati "seluruh pengalamannya". Raunig juga mengatakan bahwa, "kami akan melakukan yang terbaik”.

Topan Khanun, yang menewaskan sedikitnya dua orang di Jepang, diprediksi akan melanda Korea Selatan pada Kamis (10/8/2023), di area dekat perkemahan Jambore Dunia tersebut.

Badan cuaca Korea Selatan mengatakan, Topan Khanun diperkirakan akan membawa hujan lebat dan angin kencang melintasi Semenanjung Korea, termasuk angin dengan kecepatan maksimum hingga 160 kilometer per jam.

Sebelumnya, pihak penyelenggara bersikeras bahwa jambore akan tetap berlangsung meskipun ada tantangan. Namun, pada Senin (7/8/2023) panitia mengonfirmasi bahwa para peserrta akan dievakuasi dan perkemahan ditutup akibat angin topan yang semakin mendekat.

Pihak penyelenggara juga mendapat kritik keras oleh media lokal dan para orangtua peserta karena kurangnya perencanaan dalam menghadapi cuaca panas ekstrem, meskipun Korea Selatan juga memiliki waktu enam tahun dalam mempersiapkan acara tersebut.

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Jambore Dunia di Korea Selatan Berakhir akibat Cuaca Ekstrem.

https://www.kompas.com/global/read/2023/08/08/231500970/jambore-pramuka-dunia-berakhir-dini-media-korsel-sebut-aib-nasional-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke