CHENNAI, KOMPAS.com - Dengan 122 hari tersisa sebelum COP28 di UEA (Uni Emirat Arab) diselenggarakan, Presiden-Tertunjuk COP Dr Sultan Al Jaber mendesak negara-negara G20 untuk menunjukkan ketegasannya dalam mengatasi aksi iklim, dan menyatakan bahwa keputusan mereka memiliki pengaruh besar bagi hasil yang diraih oleh seluruh negara.
Pada pidato di Pertemuan Tingkat Menteri G20 tentang Iklim Berkelanjutan di Chennai, India, Dr Al Jaber mengungkapkan kekhawatirannya.
Imbauan yang ia sampaikan pada pertemuan minggu lalu di Goa untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan pada 2030 menjadi tiga kali lipat “belum tersampaikan dalam keputusan G20”, meskipun relevan terhadap pencapaian target membatasi pemanasan global hingga 1,5C.
Baca juga: Berdebat Sengit, COP27 Berakhir Sepakati Dana Kerugian dan Kerusakan
“Sebagai sebuah kelompok, G20 merepresentasikan 85 persen dari GDP dunia dan 80 persen dari emisi global. Apa yang diputuskan akan memberikan pengaruh yang besar terhadap aksi iklim bagi manusia di seluruh dunia,” ungkap Dr Al Jaber kepada para menteri.
“Masih ada waktu bagi G20 untuk menunjukkan ketegasan dan kepemimpinannya. Saya mengimbau negara G20 untuk bekerja bersama pemimpin kalian untuk mendorong aksi iklim di masa-masa kritis ini.”
“Kemarin, kami telah menyetujui sebuah kesepakatan bersama dengan Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Simon Stiell, untuk mendesak G20 agar bisa menunjukkan ketegasannya dalam menutup celah pada pilar-pilar Perjanjian Paris dan saling membantu agar seluruh dunia berada di jalur yang tepat sehingga 1.5C tetap dapat kita capai,” lanjutnya.
Dr Al Jaber juga meminta semua pihak untuk menunjukkan solidaritas dan komitmennya terhadap Pakta Solidaritas Iklim dan Agenda Percepatan dari Sekretaris Jenderal PBB.
“Saya mengajak semua pihak untuk mendukung percepatan energi terbarukan sembari melakukan dekarbonisasi sistem energi saat ini dan membangun sistem yang bebas dari bahan bakar fosil yang tak terbarukan,” tambah Dr Al Jaber.
Presiden-Tertunjuk juga menyoroti pentingnya membuat kemajuan dalam adaptasi perubahan iklim, bersama dengan seluruh pihak yang telah menandatangani Global Goal on Adaptation (GGA) di bawah Perjanjian Paris.
“Kita semua telah bergabung untuk mengatasi permasalahan ini. Kita pula yang bertanggung jawab atas kesuksesannya,” ungkapnya. “Namun hari ini, ilmuwan dan indera kita terus menunjukan bahwa dunia ini semakin rentan, kurang tangguh, dan tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi dampak iklim yang kian hari semakin meningkat.”
Baca juga: COP26 Rampung, Diwarnai Drama Batu Bara di Menit-menit Terakhir
"Kita kehilangan keragaman hayati. Tanah pertanian terus berkurang dan kerentanan pangan juga terus meningkat.”
Kepresidenan COP28 mendesak seluruh negara untuk mempercepat implementasi dari "30x20"--target untuk melakukan konservasi 30 persen habitat di daratan dan lautan pada akhir dekade ini--dan juga mendesak perluasan Kerjasama Pemimpin Kehutanan dan Iklim, kata Dr. Al Jaber.
“Jika kita ingin membuat kemajuan pada program adaptasi, pertama kita harus meninjau kembali seperti apa definisi sukses dalam rangka menghentikan penurunan keragaman hayati, memulihkan lahan pertanian, melestarikan hutan, melindungi garis pantai, memastikan tidak ada lagi yang kelaparan, serta melindungi kehidupan di mana pun,” ungkapnya.
Transformasi sistem pangan juga menjadi prioritas utama Kepresidenan COP28.