Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Dinamika Lingkungan Strategis Indo-Pasifik dan Pilihan Indonesia

Kompas.com - 26/07/2023, 09:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Awal Juni 2023 di sela-sela Dialog Shangri-La IISS ke-20 di Singapura, Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, merilis rencana Jerman ke pers. Arah Jerman ialah menjaga ketertiban dunia berdasarkan tanda-tangan kesepakatan internasional, misalnya zona Mediterania, Teluk Benggala, atau Laut China Selatan (Siebold, 2023).

Ini alasan Jerman mengirim kapal fregat dan kapal lainnya tahun 2021 ke Laut China Selatan. Maka tahun 2024, Jerman siap mengirim fregat dan kapal lainnya ke zona ini guna menjaga ketertiban dunia dan perlindungan jalur maritim utama global.

Dinamika lingkungan strategis Indo-Pasifik terutama dipicu oleh arus pergeseran titik pusat gravitasi ekonomi dunia (berdasarkan daya-beli) dari zona Atlantik ke zona Indo-Pasifik. Awal tahun 1990-an, negara-negara Asia Timur dilabel ‘Macan Asia’.

Sebab ekonomi tumbuh sangat pesat. Bank Dunia (1994) menyebutnya: Keajaiban Asia (Asian Miracle). Ketika krisis keuangan melanda kawasan Asia akhir 1990-an, ‘keajaiban Asia’ terlupakan.

Di sisi lain, sejak paruhan 1980-an pusat gravitasi ekonomi dunia sebetulnya telah bergeser dari Atlantik (AS dan Eropa Barat) ke arah Asia dengan kecepatan kira-kira 100 km per tahun. Begitu hasil kajian Quah (2011).

Arahnya ialah zona antara India-Tiongkok tahun 2025. Kajian Alwyn Young (1995), Paul Robin Krugman (1994), dan Jay Kaplan (1999) tidak terbukti. Misalnya, Keajaiban Asia masa itu cuma dianggap ‘tirani angka’ atau permainan statistika. Krugman (1994) menyebut tren itu cuma mitos atau residu pertumbuhan sosial-ekonomi, sebab tidak ada lonjakan total faktor produksi dan akumulasi kapital.

Tiongkok memanfaatkan nilai strategis dari pergeseran pusat gravitasi ekonomi dunia melalui rilis program Yi dai yi lu atau One Belt, One Road (OBOR) tahun 2013. Presiden Tiongkok Xi Jinping merilis rencana Tiongkok itu mula-mula di Kazakhstan dan Indonesia pada Oktober 2013.

OBOR akhirnya mengubah peta mental geo-ekonomi-politik kawasan Asia-Pasifik. OBOR membentuk sabuk Erasia (Eropa-Asia) yang disebut sebagai zona jantung geopolitik global sejak dulu.

OBOR merajut koneksivitas kelembagaan, dagang, keuangan, dan orang-per-orang di Eropa-Asia. Masyarakat global tersambung melalui darat-laut-siber dalam program OBOR.

Yi dai yi lu merajut proyek-proyek konektivitas-jaringan kerja hingga arus barang, jasa, uang, dan manusia skala global. Prakarsa dan program OBOR merevitalisasi jalur sutera abad 14 M saat Tiongkok menjadi negara adidaya di Asia. 

OBOR Tiongkok bergesekan dengan kepentingan dan strategi Indo-Pasifik AS. “The United States has long recognized the Indo-Pacific as vital to our security and prosperity,” ungkap Presiden AS Joe Biden pada KTT Quad 24 September tahun 2021 (White House, 2021).

Wilayah Indo-Pasifik dari garis pantai Pasifik hingga Lautan India dihuni oleh lebih dari separuh penduduk dunia sebanyak delapan miliar jiwa saat ini.

Zona Indo-Pasifik menyerap 2/3 ekonomi dunia dan tujuh dari kekuatan militer negara terkuat. Jumlah militer AS jauh lebih banyak di basis zona ini. Indo-Pasifik mendukung kira-kira lebih dari tiga juta lapangan kerja di AS dan sumber investasi langsung sebesar 900 miliar dollar AS di negara AS.

Maka, AS tetap menjaga soliditas sekutunya seperti Jepang, Australia, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina di zona ini.

Pilihan Indonesia

Awal abad 20 M, ahli geopolitik asal Jerman Profesor Ernst Haushofer (27 Agustus 1869 – 10 Maret 1946) mula-mula menyebut era Indo-Pasifik. Saat itu Jenderal Haushofer melihat bahwa zona Indo-Pasifik mulai memunculkan dinamika-dinamika arus baru skala global.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com