Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Tren Persaingan Geoteknologi di Indo-Pasifik dan Pilihan Indonesia

Kompas.com - 17/06/2023, 09:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ZONA Indo-Pasifik yang terbentang dari Madagaskar-Indonesia-Jepang-Oceania, kini menjadi pusat gravitasi ekonomi dan strategi tata-dunia abad 21. Awal abad 21, sekitar 2/3 perdagangan dunia melintasi perairan di zona ini.

Negara-negara di zona itu memutar lebih dari 1/3 anggaran-biaya pertahanan di dunia. Sekitar 65 persen penduduk dunia hidup di zona Indo-Pasifik, dan 60 persen PDB dunia ada di zona ini (Petangon, 2019).

Jantung zona Indo-Pasifik terletak di wilayah negara-kepulauan Indonesia, laut dan selat penghubung Lautan Hindia dan Pasifik, dan benua Asia dan Australia.

Baca juga: Jokowi: ASEAN dan India Harus Jadi Guardian bagi Stabilitas Indo-Pasifik

Selama ratusan tahun, khususnya era penjajahan dan kolonialisme abad 15-20, komoditas hasil bumi dari pusat Indo-Pasifik menjadi a global currency -nilai tukar dunia, khususnya lada, pala, dan cengkeh asal Maluku dan cendana asal Timor-Flores. Misalnya, karena bisnis rempah Maluku melalui maritim abad 16-18, pedagang-pedagang Eropa meningkatkan perdagangan ke Asia.

Abad 16-18, cengkeh (cloves), pala (nutmeg) dan lada Maluku dilabel sebagai the holy trinity of spices yang memicu kelahiran tata-ekonomi dunia. Ketiga komoditas ini sangat langka dan mahal bahkan melampaui harga emas sehingga menjadi nilai-tukar di Eropa. Zona Maluku disebut the Islands of Imagination (Zuber, 2005:2) dan Jazirat-al-mulk atau “negeri para raja” (Swadling 1996:23).

Tiongkok mengimpor perak, ubi, jagung, kacang, dan makanan asal Eropa. Komoditas Tiongkok adalah gandum, jewawut, dan padi (Ebrey et al., 2008: 211). Portugal memperkenalkan ubi-ubian untuk masyarakat berpendapatan rendah Tiongkok tahun 1560 (Crosby, 2003:200).

Karena supply-chains rempah melalui maritim, pusat ekonomi dunia bergeser dari Mediteranian ke Eropa Barat. Saat itu, Kota Antwerp di Belgia menjadi “pusat nadi ekonomi dunia” (Braudel, 1992: 143).

Kita juga lihat jejak supply-chains –mata-rantai arus barang, uang, jasa, informasi, dan manusia—Eropa-Asia Timur sejak abad 16 melalui maritim-bisnis rempah. Jepang belajar senapan, lapis baja, kapal, agama, seni dekoratif, dan bahasa dari orang Eropa.

Portugal jual sutera Tiongkok ke Jepang dan jual perak asal Jepang di Tiongkok (Spence, 1999:19-20). Tahun 1573, Spanyol membangun Manila di Filipina guna berdagang komoditas ke Tiongkok dan bersaing dengan Portugal (Brook, 1998: 2005).

Kini jejak jalur rempah dan dagang komoditas Asia-Afrika-Eropa itu berkembang lagi. History repeats itself! Bukan hanya jalur maritim, darat, dan angkasa, tetapi melalui jalur baru dari hasil Revolusi Iptek generasi ke-4, khususnya artificial intelligence (AI), 5G, dan internet of things (IoT) sepanjang zona Indo-Pasifik.

Baca juga: Era Indo-Pasifik dan Posisi Strategis Blok Masela-Papua

Era digitalisasi ekonomi dan keamanan Indo-Pasifik tentu memicu risiko. “The security and sovereignty of the Indo-Pacific states are threatened with the geotechnological competition,” papar peneliti Indo-Pasifik, Christophe Jaffrelot dan Paul Louédin (2022:11) asal Paris School of International Affairs.

Kedaulatan dan keamanan negara-negara Indo-Pasifik “terancam” oleh persaingan geoteknologi AI, IoT, dan jaringan 5G asal Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Maka Indonesia perlu membuat pilihan strategis.

Wilayah biogeografi Indo-Pasifik. Indonesia, termasuk sejumlah negara ASEAN (lingkaran hijau), adalah titik temu dari zona perairan Pasifik dan perairan India.- Wilayah biogeografi Indo-Pasifik. Indonesia, termasuk sejumlah negara ASEAN (lingkaran hijau), adalah titik temu dari zona perairan Pasifik dan perairan India.
Tiongkok Vs AS

Akhir tahun 2012, usai terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping merilis visi strategis The Chinese Dream (Zhongguo Meng) yakni ‘the great great rejuvenation of the Chinese nation’. Fasenya ialah kemakmuran Tiongkok tahun 2021, dan Tiongkok menjadi negara adidaya tahun 2049 saat 100 tahun PKT (Kuhn, 2013; Tobin, 2018; Tiezzi, 2018).

Impian Tiongkok itu diwujudkan melalui strategi One Belt, One Road (OBOR) atau Yi dai yi lu’—sabuk laut atau maritim dan darat dari Tiongkok (pusat) ke seluruh zona planet Bumi (periferi) berupa tata ekonomi-politik baru di Asia Tengah dan Asia Pasifik melalui revitalisasi jaringan rute dagang, diplomasi dan tukar-menukar budaya dari era Jalur Sutera (Silk Route) abad 14.

Baca juga: Jalur Sutera: Sejarah dan Posisi Indonesia

Sejak 2014, dengan dukungan dana awal sekitar 40 miliar dollar AS (Silk Road Fund), Tiongkok mulai merajut lima rute OBOR yakni Tiongkok-Eropa melalui Asia Tengah dan Rusia; Tiongkok–Mediteranian melalui Timur Tengah dan Asia; Tiongkok ke Asia Selatan dan Asia Tenggara (ASEAN) melalui pelabuhan Tiongkok dan maritim; Tiongkok Eropa melalui Laut Cina Selatan dan Lautan India; dan Tiongkok ke zona Pasifik Selatan melalui Laut China Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com