LONDON, KOMPAS.com – Pria yang secara luas dipandang sebagai bapak kecerdasan buatan, Dr. Geoffrey Hinton memperingatkan, kecerdasan buatan dapat menimbulkan ancaman yang lebih mendesak bagi umat manusia daripada perubahan iklim.
Geoffrey Hinton sendiri baru-baru ini mengumumkan bahwa dirinya telah muncur dari Alphabet (GOOGL.O) setelah satu dekade bekerja di perusahaan tersebut.
Karya Hinton dianggap penting untuk pengembangan sistem AI kontemporer.
Baca juga: Bapak Kecerdasan Buatan Mundur dari Google, Peringatkan Chatbot AI Bisa Lebih Pintar dari Manusia
Pada 1986, ia ikut menulis makalah yang menjadi tonggak sejarah dalam pengembangan jaringan saraf yang mendukung teknologi AI.
Pada 2018, Geoffrey Hinton dianugerahi Penghargaan Turing sebagai pengakuan atas terobosan penelitiannya.
Tapi, dia sekarang berada di antara semakin banyak pemimpin teknologi yang secara terbuka mendukung kekhawatiran tentang kemungkinan ancaman yang ditimbulkan oleh AI.
Kecemasannya mengarah pada mesin yang mencapai kecerdasan lebih tinggi daripada manusia dan mengendalikan planet ini.
"Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, 'Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim'. Itu juga risiko yang sangat besar. Tapi saya pikir ini (perkembangan AI) mungkin akan menjadi lebih mendesak," kata Hinton dalam wawancara dengan Reuters.
Baca juga: Dihadapkan Kecanggihan AI, Penulis Skrip Hollywood Mulai Khawatir
Dia berkata, berbeda dengan perkembangan AI, dalam menghadapi perubahan iklim, sangat mudah untuk merekomendasikan apa yang harus dilakukan orang-orang.
"Misalnya, Anda dapat berhenti membakar karbon. Jika Anda melakukannya, pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja. Untuk ini (AI) sama sekali tidak jelas apa yang harus Anda lakukan," jelas dia.
Sementara Hinton berbagi keprihatinan bahwa AI mungkin terbukti menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia, dia tidak setuju dengan penghentian penelitian terhadap pengembangan sistem yang lebih kuat daripada GPT-4 OpenAI.
"Ini sama sekali tidak realistis. Saya di kubu yang berpikir ini adalah risiko eksistensial, dan itu cukup dekat sehingga kita harus bekerja sangat keras sekarang, dan mengerahkan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan," ungkap dia.
Di Uni Eropa, sebuah komite anggota parlemen menyerukan Presiden AS Joe Biden agar mengadakan KTT global tentang arah masa depan teknologi dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Biden sendiri telah mengadakan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin perusahaan AI, termasuk CEO Alphabet Sundar Pichai dan CEO OpenAI Sam Altman di Gedung Putih.
Dia menjanjikan diskusi yang jujur dan konstruktif tentang perlunya perusahaan lebih transparan tentang sistem mereka.
“Pemimpin teknologi paling memahaminya (AI), dan politisi harus terlibat. Itu (AI) memengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya," jelas Hinton.
Baca juga: Bapak Kecerdasan Buatan Mundur dari Google, Peringatkan Chatbot AI Bisa Lebih Pintar dari Manusia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.