Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapak Kecerdasan Buatan: AI Bisa Timbulkan Ancaman Lebih Mendesak daripada Perubahan Iklim

Kompas.com - 06/05/2023, 08:54 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com – Pria yang secara luas dipandang sebagai bapak kecerdasan buatan, Dr. Geoffrey Hinton memperingatkan, kecerdasan buatan dapat menimbulkan ancaman yang lebih mendesak bagi umat manusia daripada perubahan iklim.

Geoffrey Hinton sendiri baru-baru ini mengumumkan bahwa dirinya telah muncur dari Alphabet (GOOGL.O) setelah satu dekade bekerja di perusahaan tersebut.

Karya Hinton dianggap penting untuk pengembangan sistem AI kontemporer.

Baca juga: Bapak Kecerdasan Buatan Mundur dari Google, Peringatkan Chatbot AI Bisa Lebih Pintar dari Manusia

Pada 1986, ia ikut menulis makalah yang menjadi tonggak sejarah dalam pengembangan jaringan saraf yang mendukung teknologi AI.

Pada 2018, Geoffrey Hinton dianugerahi Penghargaan Turing sebagai pengakuan atas terobosan penelitiannya.

Tapi, dia sekarang berada di antara semakin banyak pemimpin teknologi yang secara terbuka mendukung kekhawatiran tentang kemungkinan ancaman yang ditimbulkan oleh AI.

Kecemasannya mengarah pada mesin yang mencapai kecerdasan lebih tinggi daripada manusia dan mengendalikan planet ini.

"Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, 'Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim'. Itu juga risiko yang sangat besar. Tapi saya pikir ini (perkembangan AI) mungkin akan menjadi lebih mendesak," kata Hinton dalam wawancara dengan Reuters.

Baca juga: Dihadapkan Kecanggihan AI, Penulis Skrip Hollywood Mulai Khawatir

Dia berkata, berbeda dengan perkembangan AI, dalam menghadapi perubahan iklim, sangat mudah untuk merekomendasikan apa yang harus dilakukan orang-orang.

"Misalnya, Anda dapat berhenti membakar karbon. Jika Anda melakukannya, pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja. Untuk ini (AI) sama sekali tidak jelas apa yang harus Anda lakukan," jelas dia.

Sementara Hinton berbagi keprihatinan bahwa AI mungkin terbukti menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia, dia tidak setuju dengan penghentian penelitian terhadap pengembangan sistem yang lebih kuat daripada GPT-4 OpenAI.

"Ini sama sekali tidak realistis. Saya di kubu yang berpikir ini adalah risiko eksistensial, dan itu cukup dekat sehingga kita harus bekerja sangat keras sekarang, dan mengerahkan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan," ungkap dia.

Di Uni Eropa, sebuah komite anggota parlemen menyerukan Presiden AS Joe Biden agar mengadakan KTT global tentang arah masa depan teknologi dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Biden sendiri telah mengadakan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin perusahaan AI, termasuk CEO Alphabet Sundar Pichai dan CEO OpenAI Sam Altman di Gedung Putih.

Dia menjanjikan diskusi yang jujur dan konstruktif tentang perlunya perusahaan lebih transparan tentang sistem mereka.

“Pemimpin teknologi paling memahaminya (AI), dan politisi harus terlibat. Itu (AI) memengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya," jelas Hinton.

Baca juga: Bapak Kecerdasan Buatan Mundur dari Google, Peringatkan Chatbot AI Bisa Lebih Pintar dari Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com