Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paul Nthenge Mackenzie, Pemimpin Sekte Kelaparan di Kenya yang Tewaskan 90 Orang

Kompas.com - 30/04/2023, 12:47 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

NAIROBI, KOMPAS.com - Pemimpin sekte Kristen di Kenya akan hadir di pengadilan, pekan depan, setelah penemuan 90 jenazah di tanah miliknya.

Pendeta Paul Nthenge Mackenzie mengaku telah menutup Gereja Good News International miliknya pada 2019, setelah hampir dua dekade beroperasi.

Namun, BBC menemukan ratusan khotbahnya di internet, beberapa di antaranya tampak direkam setelah gereja itu ditutup.

Seperti apa Pendeta Mackenzie di mata para pengikutnya, sampai-sampai para pengikutnya bersedia kelaparan sampai mati?

Baca juga: Korban Ajaran Sesat Gereja di Kenya yang Praktikkan Kelaparan Terus Naik, 73 Mayat Ditemukan

"Jangan biarkan siapapun mundur"

Dengan suara yang serak, tapi bersemangat, Pendeta Mackenzie menyampaikan khotbah soal kiamat di hadapan banyak jemaat.

"Kita akan memenangkan pertempuran…jangan biarkan siapa pun mundur…perjalanan akan segera selesai," tulisan ini tertera di layar.

Serangkaian video di saluran YouTube gerejanya menampilkan judul: "Anak-anak Akhir Zaman" dan memperlihatkan sekelompok anak kecil menyampaikan pesan ke kamera.

Tema apokaliptik dan peringatan tentang malapetaka yang akan datang sangat menonjol dalam khotbah Pendeta Mackenzie.YOUTUBE via BBC INDONESIA Tema apokaliptik dan peringatan tentang malapetaka yang akan datang sangat menonjol dalam khotbah Pendeta Mackenzie.
Video lainnya ditutup dengan pembebasan roh jahat. Para pengikutnya--sering kali perempuan--tampak menggeliat di tanah, selagi dia "menyiksa" kekuatan iblis di dalam diri mereka.

Saluran YouTube ini memiliki ribuan pelanggan dan halaman Facebook yang dibuat oleh gerejanya terhubung ke banyak video.

Tidak jelas kapan khotbah itu direkam, tetapi ada referensi untuk acara selanjutnya di Nairobi pada Januari 2020.

Hal ini bertentangan dengan klaim Pendeta Mackenzie yang mengaku telah mengakhiri kegiatan khotbahnya di tahun sebelumnya.

Baca juga: Kronologi Kasus Sekte Kelaparan di Kenya yang Tewaskan 89 Orang

"Anak-anak menangis karena lapar, biarkan mereka mati"

Para mantan anggota gereja mengeklaim mereka dipaksa berpuasa sebagai bagian dari kepatuhan.

Dalam puluhan video yang BBC saksikan, tidak ada bukti bahwa Pendeta Mackenzie secara langsung memerintahkan jemaatnya untuk berpuasa.

Akan tetapi, ada banyak perkataan kepada para pengikutnya untuk mengorbankan apa yang mereka sayangi, termasuk nyawa mereka.

"Ada orang-orang yang bahkan tidak mau berkhotbah (tentang) Yesus. Mereka mengatakan anak-anak mereka menangis karena lapar, biarkan mereka mati. Apakah ada masalah di sana?"

Keluarga yang berduka datang untuk meratapi para korban.REUTERS via BBC INDONESIA Keluarga yang berduka datang untuk meratapi para korban.
Dalam wawancara dengan harian Kenya, Nation, beberapa pekan lalu, Pendeta Makenzie membantah dirinya memaksa para pengikutnya untuk berpuasa.

"Apakah mungkin ada rumah atau kandang atau pagar, yang ditemukan di suatu tempat (di lahan pertanian), tempat orang-orang kemungkinan dikurung?" kata dia menjawab pertanyaan reporter tentang hal ini.

"Pendidikan itu jahat"

Tema lain dari khotbah Pendeta Mackenzie adalah pendidikan. Menurutnya, pendidikan formal adalah ajaran setan dan digunakan untuk memeras uang.

"Mereka tahu pendidikan itu jahat. Tapi mereka menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri," katanya dalam satu khotbah.

"Mereka yang menjual seragam, menulis buku... mereka yang membuat pulpen... segala macam sampah. Mereka menggunakan uang Anda untuk memperkaya diri sendiri, sementara Anda menjadi miskin."

Pada 2017 dan juga 2018, dia ditangkap karena mendorong anak-anak untuk tidak bersekolah. Dia mengeklaim pendidikan "tidak diakui dalam Alkitab".

Pendeta Mackenzie juga mengecam pendidikan karena mempromosikan homoseksualitas melalui program pendidikan seks.

"Saya mengatakan kepada orang-orang bahwa pendidikan itu jahat…. Anak-anak diajari pemahaman homoseksualitas," katanya kepada surat kabar Nation.

Baca juga: Penjelasan Apa Itu Sekte dan Kenapa Orang Mau Bergabung

Dokter "melayani Tuhan yang berbeda"

Dia juga mendorong para ibu untuk menghindari mencari pertolongan medis untuk persalinan dan tidak memvaksinasi anak-anak mereka.

Dalam salah satu video, seorang perempuan menceritakan bagaimana dia membantu melahirkan bayi melalui doa dan tanpa perlu operasi Caesar.

Dia menambahkan bahwa dia menerima "dorongan" dari Roh Kudus untuk memperingatkan tetangganya agar tidak memvaksinasi anaknya.

Sang pendeta kemudian menyatakan bahwa vaksin tidak diperlukan, mengeklaim bahwa dokter "melayani Tuhan yang berbeda".

Dia juga melarang para perempuan mengepang rambut, memakai wig, dan memakai perhiasan.

Simbol setan dan konspirasi global

Banyak khotbah Pendeta Mackenzie berhubungan dengan ayat-ayat Alkitab tentang Hari Penghakiman.

Konten daring gerejanya juga menampilkan unggahan tentang akhir dunia, malapetaka yang akan datang, dan dugaan bahaya sains.

Dan sering ada peringatan tentang kekuatan iblis yang konon telah menyusup ke tingkat kekuasaan tertinggi di seluruh dunia.

Konten daring gereja menampilkan berbagai macam gambar dan meme konspirasi.FACEBOOK via BBC IINDONESIA Konten daring gereja menampilkan berbagai macam gambar dan meme konspirasi.
Berulang kali Pendeta Mackenzie merujuk pada "Tata Dunia Baru"--sebuah teori konspirasi tentang rencana yang dibuat elite global untuk mewujudkan pemerintahan dunia yang otoriter, menggantikan negara kebangsaan--secara keliru mengklaim bahwa Gereja Katolik, PBB, dan AS berada di belakangnya.

Dia juga sangat skeptis terhadap teknologi modern.

Sebelumnya, dia menyatakan rencana pemerintah Kenya menetapkan nomor identitas unik bagi warga negara untuk mengakses layanan pemerintah adalah "bilangan binatang".

Laporan tambahan oleh Paul Brown, Shayan Sardarizadeh, dan Jemimah Herd.

Baca juga: Kandidat Presiden Nyeleneh Kenya George Wajackoyah: Kampanyekan Program Jual Ganja dan Testis Hyena

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com