Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2023, 20:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Nextshark

 TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang telah meminta sekolah untuk tidak menghukum siswa yang terlambat masuk kelas jika mereka mengajukan laporan polisi terkait kekerasan seksual yang mereka alami selama perjalanan ke sekolah.

Permintaan tersebut merupakan bagian dari kampanye anti-greping pemerintah yang bertujuan untuk menghilangkan "chikan" (penganiayaan publik) dan melindungi siswa di kereta api Tokyo selama musim ujian masuk sekolah dan perguruan tinggi di negara tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengguna media sosial Jepang mencatat bahwa ujian masuk universitas terpadu dua hari tahunan dipandang oleh pelaku sebagai "hari yang tepat untuk meraba-raba".

Baca juga: Paus Fransiskus Perluas Aturan Anti-Pelecehan Seksual di Gereja

Ini karena para korban, yang biasanya perempuan, cenderung tidak melaporkan insiden karena kekhawatiran akan terlambat mengikuti ujian.

Dilansir dari Nextshark, pemberitahuan permintaan pemerintah dilaporkan diteruskan ke dewan pendidikan nasional karena sekolah memulai semester baru bulan ini, menurut Vice World News.

Kementerian Pendidikan negara itu menjelaskan bahwa siswa yang khawatir dengan catatan akademis mereka tidak perlu takut untuk melaporkan kasus pelecehan seksual di transportasi umum karena khawatir dihukum karena bolos sekolah atau terlambat.

Selain itu, kementerian meminta sekolah mengadakan kelas ulang jika perlu sehingga siswa dapat mengejar ketinggalan pelajaran.

Masami, seorang siswa berusia 18 tahun yang diraba-raba di Tokyo tahun lalu, mengatakan kepada Vice bahwa dia pulang ke rumah setelah melaporkan kejadian tersebut dan bolos sekolah.

Meski dia menjelaskan kejadian itu kepada gurunya keesokan harinya, sekolahnya masih memberi tanda hitam pada catatan kehadirannya.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa itu masih dihitung sebagai ketidakhadiran karena saya melewatkan satu hari penuh di kelas,” kata Masami.

Baca juga: Gereja Portugal Minta Maaf kepada 4.815 Korban Pelecehan Seksual

“Sepertinya sangat tidak adil dan tidak masuk akal. Bukannya aku bisa menghindari diraba-raba,” tambahnya.

Meraba-raba di angkutan umum adalah kejahatan yang dapat dihukum hingga enam bulan penjara atau denda hingga 500.000 yen atau sekitar 3.700 dollar AS.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Nextshark

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cerita Saksi Mata Tragedi Kebakaran Pesta Pernikahan di Irak yang Tewaskan 115 Orang

Cerita Saksi Mata Tragedi Kebakaran Pesta Pernikahan di Irak yang Tewaskan 115 Orang

Global
Ribuan Perempuan Argentina Unjuk Rasa Bela Aborsi

Ribuan Perempuan Argentina Unjuk Rasa Bela Aborsi

Global
Heboh Penembakan di Rotterdam, 3 Orang Tewas, Pelaku Kenakan Pakaian Tempur

Heboh Penembakan di Rotterdam, 3 Orang Tewas, Pelaku Kenakan Pakaian Tempur

Global
[POPULER GLOBAL] Domba Yunani Santap Ganja | Nasib Travis King Terbaru

[POPULER GLOBAL] Domba Yunani Santap Ganja | Nasib Travis King Terbaru

Global
 Pria Kanada Mukbang 50 Cabai Terpedas di Dunia Kurang dari 7 Menit

Pria Kanada Mukbang 50 Cabai Terpedas di Dunia Kurang dari 7 Menit

Global
Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan 'Mungkin Berhantu' di Depan Rumah

Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan "Mungkin Berhantu" di Depan Rumah

Global
Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Global
Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Global
Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Global
Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Global
Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Global
AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

Global
Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Global
Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com