Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Babak Baru Geopolitik Dunia

Kompas.com - 03/04/2023, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BABAK baru terjadi. Hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran kembali normal. Kedua negara di kawasan Timur Tengah ini sepakat akan membuka kembali kedutaan besarnya masing-masing.

Normalisasi ini memberikan dampak meredakan ketegangan dan pemulihan perdamaian di kawasan tersebut, juga dunia, sehingga stabilitas geopolitik terjaga.

Babak baru, memang menyimpan detik-detik yang genting. Detik-detik ini mungkin singkat, tapi inilah hal yang menakjubkan telah terjadi: normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran.

Bagaimanapun dunia menandai peristiwa yang menakjubkan ini, satu hal pasti: semua bangsa di dunia butuh damai, oleh karenanya bertanggung jawab menjaga perdamaian dunia.

Memang semua ini bisa dikatakan, babak baru geopolitik. Geopolitik, yang secara luas merujuk pada hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal atau internasional, disebabkan adanya babak baru ini bangsa-bangsa di dunia jadi mempunyai “momentum” untuk memilih damai.

Pilihan ini bisa saja pada mulanya dalam hitungan geostrategi, namun ada yang tidak tunggal ditetapkan, yakni bernama “keharusan.”

Dalam babak baru geopolitik ini Arab Saudi dan Iran, memilih “momentum” sebagai jembatan bermartabat merayakan perdamaian.

Serta kedua negara yang telah lama berkonflik ini menempuh jalan “keharusan” untuk memiliki kemerdekaan transendental, sebagai bangsa yang bisa akur-akur selalu menjaga perdamaian dunia.

Konstruksi pemikiran geopolitik

Kondisi ini, tentu saja menjadi tonggak sejarah baru dalam konflik berkepanjangan atas hubungan kedua negara tersebut dalam tujuh tahun terakhir.

Sehingga negara-negara lain di kawasan tersebut seperti Qatar, UEA, Irak, Oman, Lebanon, dan Bahrain menyatakan sentimen positif terhadap keputusan kedua negara tersebut untuk melanjutkan hubungan diplomatik.

Bersamaan pula Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memberikan apresiasi, dan menyambut baik kesepakatan normalisasi Arab Saudi – Iran seraya memuji China.

Dan China, memang, berperan sentral atas terjadinya babak baru hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran.

Peran China yang begitu dinamis dan berbuah manis: berhasil memengaruhi hubungan antara Teheran dan Riyadh.

Peran ini sangat mungkin tidak menyenangkan Washington. Namun China telah membuktikan memainkan peran sentral, dan di masa depan sangat mungkin China bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah pelik kawasan.

Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri memberikan apresiasi atas keberhasilan China dalam mendorong perdamaian dunia. Khususnya mengambil prakarsa rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Iran.

Keberhasilan ini senafas dengan semangat Dasasila Bandung dalam Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok yang dipelopori Indonesia melalui kepemimpinan Bung Karno.

Konstruksi pemikiran geopolitik Presiden Pertama RI Soekarno ini berwatak tidak ekspansif, serta menjadikan Pancasila sebagai lifeline tata dunia baru.

Maka dalam teori geopolitik Bung Karno yang disebut progressive geopolitical co-exsistentence, kepentingan nasional Indonesia dibangun dengan memperhatikan konstelasi geopolitik.

Pemikiran geopolitik Bung Karno ini mendasari cara pandang untuk melihat konstelasi geopolitik di mana Indonesia demikian berperan aktif dalam percaturan dunia seperti mengambil prakarsa perdamaian di Timur Tengah, Korea, Rusia-Ukraina, Laut Tiongkok Selatan serta berbagai persoalan lainnya.

Contoh positif regional

Normaliasi hubungan Arab Saudi dan Iran di kawasan yang sering dilanda konflik ini, jelas menjadi contoh positif untuk masalah hotspot regional di negara lain.

Paling sedikit telah terjadi perubahan konstelasi geopolitik di Timur Tengah, dan perubahan ini memberi harapan segar terhadap perdamaian kawasan dan dunia.

Inspirasi perdamaian kawasan dan dunia itu pula yang bisa dipakai untuk regional ASEAN (Asosiation of South East Asian Nations).

Hal ini penting mengingat beberapa hari lalu, China memberikan peringatan terbaru kepada Filipina. Hal ini diakibatkan oleh rencana negara itu untuk memberikan akses pangkalan militer kepada rival Beijing, Amerika Serikat (AS).

Meski rada sulit dideteksi, tapi ada kecenderungan rivalitas antara AS dan China di kawasan regional ASEAN eskalasinya meningkat. Walau hal ini secara terbuka tak terlihat secara konfrontatif.

Namun, Indonesia tidak boleh abai, karena secara strategis pula Indonesia berada di antara negara-negara aliansi AS dalam posisi geografis dan strategis ASEAN.

Dari itulah kawasan regional ASEAN harus dijaga ketentramannya. Untuk kedamaian kawasan, paling tidak perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ini harus berperan penting secara ekonomi, geopolitik, dan strategis.

Mengingat perhimpunan ini memilik modal kuat, yang secara demografis memiliki populasi 662 juta jiwa dengan produk domestik bruto (PDB) gabungan sebesar 3,2 triliun dollar US (2019).

Terlebih untuk Indonesia, ia harus melihat peluang diplomasi di mana kepemimpinannya di kawasan Asia Tenggara menjadi penting di ASEAN secara politik dan ekonomi.

Ini menjadi relevan di mana Indonesia sebagai Ketua ASEAN Tahun 2023, dalam kepemimpinannya mengusung mengusung tema besar “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang bermakna bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia.

Peranan Indonesia

Peranan Indonesia dalam skala geopolitik dan geostrategis demikian mendapat apresiasi yang positif dari dunia. Hal ini semakin gamblang ketika kepemipinan Indonesia menyelesaikan presidensi G20 pada November 2022, di Bali mendapat apresiasi positif dunia.

Hal ini karena Indonesia telah berhasil menjadi “juru damai” antara AS dan China, yang mana saat KTT G20 pada 15-16 November 2022 di Bali itu mereka bertemu.

Indonesia telah berhasil mempertemukan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping –sebuah pertemuan yang begitu indah dan berlangsung secara damai dan penuh persahabatan.

Ini adalah keberhasilan Indonesia menjalankan diplomasi ”juru damai” tingkat tinggi, di mana pertemuan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping sekaligus menandakan pertemuan kekuatan Blok Barat dan Blok Timur.

Atas keberhasilan Indonesia memainkan seni diplomasi yang begitu ciamik, maka tugas presidensi ASEAN 2023 yang diemban Indonesia diharapkan dunia agar ASEAN memainkan peranannya lebih penting lagi bagi dunia.

Meski begitu, harus diingat ada dua kekuatan di kawasan Indo Pasifik, yakni AS dan China, begitu tinggi tensi rivalitasnya.

Strategi dengan situasi geopolitik yang demikian, membuat tugas presidensi ASEAN 2023 mempunyai tantangan berat untuk beradaptasi.

Terlebih sejumlah negera Eropa juga melancarkan pengaruh geopolitik guna merebut pengaruh kawasan ini.

Sebutlah Jerman, negara yang punya kekuatan nomor satu di Eropa, pada 2020 menetapkan pedoman kerja sama dan kemitraan untuk kawasan Indo Pasifik ini.

Bagimanapun Indonesia harus memainkan peranan “juru damai” dalam membangun kemitraan strategis kawasan.

Sesungguhnya ini bukanlah hal baru karena Indonesia memainkan peran demikian sudah sejak tujuh dasawarsa lalu. Kini Indonesia harus lebih sigap dan proaktif mengingat telah terjadi babak baru geopolitik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com