Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Perjuangan Panjang Perempuan Iran Menentang Wajib Jilbab sejak 1979

Kompas.com - 08/03/2023, 11:12 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

TEHERAN, KOMPAS.com - Setelah kematian Mahsa Amini (22) saat ditahan polisi pada 2022 lalu, ribuan perempuan Iran turun ke jalan.

Mahsa ditangkap karena diduga mengenakan jilbabnya secara tidak benar.

Tapi ini bukan pertama kalinya kerumunan massa menentang keputusan Pemerintah Iran soal apa yang dikenakan perempuan dan bagaimana mereka harus bersikap.

Baca juga: Jurnalis Iran yang Wawancarai Ayah Mahsa Amini Dipenjara 2 Tahun tanpa Sidang Pengadilan

Pertemuan itu semestinya menjadi pertemuan kecil untuk merayakan Hari Perempuan Internasional, yang dipandang oleh pemimpin tertinggi Iran yang baru terpilih sebagai pengaruh Barat.

Namun yang terjadi justru demonstrasi besar-besaran.

Hanya 24 jam sebelumnya, penggagas Revolusi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, telah memberlakukan aturan baru, yakni semua perempuan harus mengenakan jilbab di tempat kerja.

Dalam pidatonya kepada ribuan pendukungnya di Kota Qom, dia mengatakan bahwa tanpa itu perempuan dianggap "telanjang" berdasarkan hukum syariah.

Lebih dari 10.000 perempuan dan laki-laki yang menentang keputusan itu turun ke jalanan Teheran pada 8 Maret, tepat pada peringatan Hari Perempuan Internasional, 1979.

100.000 perempuan berunjuk rasa di berbagai wilayah di Iran pada peringatan Hari Perempuan Internasional dahulu.BBC Indonesia 100.000 perempuan berunjuk rasa di berbagai wilayah di Iran pada peringatan Hari Perempuan Internasional dahulu.

"Hari itu dimulailah pertikaian antara Ayatollah dan kaum perempuan," kata Mehrangiz Kar (78), seorang pengacara dan aktivis hak asasi manusia terkemuka.

Baca juga: Pejabat Iran Akhirnya Mengaku Ratusan Orang Tewas dalam Kerusuhan Pasca-kematian Mahsa Amini

Pada pagi hari setelah pidato Khomeini, ribuan perempuan berkumpul di Fakultas Hukum Universitas Teheran.

Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh Asosiasi Pengacara Teheran, tempat di mana Mehrangiz magang.

"Suasananya revolusioner," kenangnya.

"Gedung itu penuh dan bahkan di luarnya pun penuh sesak. Tidak ada yang menghentikan kami. Saya ingat seorang perempuan naik ke atas dan melemparkan jilbabnya ke luar jendela. Itu sangat simbolis dan indah. Itu adalah pembangkangan pertama terhadap ideologi Khomeini," beber Mehrangiz.

Sebagai seorang mahasiswa hukum di Teheran pada 1979, dia terbiasa dengan kehidupan kota yang tampaknya kosmopolitan.

Laki-laki dan perempuan berkumpul dengan bebas, riasan dan pakaian khas barat seperti gaun adalah hal yang biasa.

Perempuan Iran bedemonstrasi di Teheran pada 8 Maret 1979.BBC Indonesia Perempuan Iran bedemonstrasi di Teheran pada 8 Maret 1979.

Halaman:

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com