Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Perjuangan Panjang Perempuan Iran Menentang Wajib Jilbab sejak 1979

Kompas.com - 08/03/2023, 11:12 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Jadi, kata dia, kebebasan yang direnggut dalam semalam itu adalah "kejutan".

"Kami merasa seolah-olah kebebasan kami ditantang. Beberapa hari sebelumnya, laki-laki maupun perempuan pergi berama ke kafe dan bioskop. Kami bisa berolahraga bersama dan mendaki gunung," ucapnya.

Baca juga: Iran Umumkan Hukuman Mati Pertama Terkait Protes Kematian Mahsa Amini

Saat ini, laki-laki dan perempuan yang belum menikah berisiko dilecehkan oleh polisi moral jika ketahuan berjalan berdampingan di jalan.

Baru sekarang, Mehrangiz menyadari bahwa apa yang mereka suarakan bertahun-tahun lalu hanyalah awal dari perjuangan mereka untuk mencapai kesetaraan hak di Iran.

Pada tahun-tahun berikutnya, segregasi berbasis gender terjadi di dunia pendidikan dan tempat kerja.

Aturan berpakaian dan aturan berperilaku bagi perempuan menjadi lebih ketat.

"Kami sangat berharap saat itu. Kami tidak tahu seberapa keras hal itu akan terjadi. Kami benar-benar berpikir bahwa setelah protes itu mereka akan melonggarkan kontro itu," ucap Mehrangiz.

Hari Perempuan Internasional 2023

Setelah 50 tahun berlalu, perempuan Iran masih memperjuangkan hak yang sama.

Generasi baru, yang lahir di bawah rezim yang kian ketat, telah mengambil alih perjuangan.

Zara, seorang psikolog berusia 30-an, merekam kesaksiannya kepada BBC sambil menghadap ke dinding kosong di sebuah lokasi rahasia.

Dia menghadiri sejumlah aksi unjuk rasa setelah kematian Mahsa Amini pada tahun lalu, dan khawatir bisa ditangkap karena bersuara soal protes tersebut.

Baca juga: Iran Tangkap Jurnalis yang Wawancarai Ayah Mahsa Amini

Pengadilan di Teheran telah menjatuhkan hukuman penjara hingga 10 tahun kepada 400 orang dan mengeksekusi empat orang sejak demonstrasi dimulai pada September lalu.

Namun terlepas dari risiko yang dihadapi, Zara tidak akan menyerah.

"Saya yakin akan melanjutkan [perjuangan]. Selama berbulan-bulan saya takut ditangkap. Saya merasa tidak aman bahkan di rumah saya sendiri. Tapi saya tidak akan berhenti berjuang sampai saya mati," jelas dia.

Bagi Zara, perempuan seperti Mehrangiz lah yang menjadi inspirasi dan sumber keberaniannya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com