Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Bayaran Grup Wagner: Dituduh Penjahat Perang, tapi Dianggap Pahlawan oleh Rusia

Kompas.com - 02/02/2023, 22:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Seperti yang dikatakan seorang mantan pasukan Wagner kepada BBC, "Para pria yang berjiwa romantis bergabung dengan organisasi ini untuk membela kepentingan Rusia di luar perbatasannya."

Baca juga: Grup Wagner Ajak Warga Serbia Berperang di Ukraina, Disambut Gelombang Kemarahan

Sebagian besar pria yang bergabung dengan Wagner sebelum perang di Ukraina berasal dari kota-kota kecil, di mana peluang untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi terbatas.

Bekerja untuk Wagner, tentara bayaran itu akan mendapatkan lebih dari Rp 20 juta (sekitar 1.500 dollar AS sebulan), atau hingga Rp 30 juta (2.000 dollar AS) jika mereka berada di medan tempur.

Dan, pertempuran sering terjadi: tentara bayaran Wagner bertempur bersama pasukan Presiden Assad di Suriah dan melawan pemerintah yang didukung PBB di Libya, untuk mendukung Jenderal Haftar.

Meskipun hingga 15.000 orang diperkirakan telah menandatangani kontrak dengan kelompok Wagner antara tahun 2014 hingga 2021, jumlah itu masih terbatas.

Kembali di Rusia, tidak banyak orang yang mengetahui organisasi ini.

Pengaruh dan statusnya melonjak dengan dimulainya invasi Rusia skala penuh ke Ukraina.

Baca juga: Kremlin Bantah Pasukan Rusia Bersitegang dengan Grup Wagner

Yevgeny Prigozhin

Sebelum perang, pejabat Pemerintah Rusia selalu menyangkal keberadaan Wagner.

Tudingan bahwa Moskwa menggunakan tentara bayaran untuk menyebarkan pengaruhnya di bagian lain dunia ditolak keras.

Para pejabat Rusia menegaskan bahwa tentara bayaran dilarang di Rusia dan bergabung dengan organisasi semacam itu merupakan pelanggaran yang dapat dihukum.

Pengusaha Yevgeny Prigozhin menggugat banyak jurnalis karena menyatakan dirinya terkait dengan Wagner.

Pada 2019 ketika ditanya tentang pasukan Rusia di Suriah, Presiden Putin mengatakan, dia hanya mengetahui beberapa perusahaan keamanan swasta yang bekerja di sana, tetapi mereka tidak terkait dengan negara Rusia.

Baca juga: Patahkan Klaim Grup Wagner, Pasukan Ukraina Masih Bercokol di Soledar

Putin membuat pernyataan serupa ketika ditanya tentang tentara bayaran Rusia di Libya pada tahun 2020.

Namun, saat Rusia menyerang Ukraina, posisi ini berubah.

Ketika tentara reguler Rusia gagal mencapai tujuannya di Ukraina dengan cepat, Yevgeny Prigozhin menjadi kritis terhadap komando militer dan lebih terbuka tentang hubungannya dengan kelompok Wagner.

Dia akhirnya mengakui pada September lalu bahwa dia mendirikan organisasi itu pada 2014.

Baru-baru ini, Prigozhin bersikeras mengatakan bahwa pasukan Wagner bertanggung jawab atas pengambilalihan kota Soledar di Ukraina, yang diperebutkan dengan sengit.

Baca juga: Tentara Bayaran Grup Wagner Klaim Kuasai Kota Soledar di Ukraina Timur

Video yang direkam oleh para pasukan Wagner mulai beredar secara online, menyerang Jenderal Valery Gerasimov, kepala Staf Umum Rusia dan komandan operasi di Ukraina saat ini.

Para komentator menunjukkan bahwa melihat seorang pasukan Wagner menerima penghargaan dan berjabat tangan dengan Presiden Putin tidak hanya mengirimkan gelombang kegembiraan ke seluruh komunitas tentara bayaran, tetapi merupakan upaya untuk menormalkan status kelompok bayangan ini.

Kelompok Wagner dituduh melakukan kejahatan perang - terakhir di Ukraina - dan sebelumnya di Libya dan Republik Afrika Tengah.

Baca juga: Grup Wagner Rusia Akan Rekrut Napi Wanita untuk Perang di Ukraina

Pahlawan yang dipuja

Konstantin Tulinov, yang fotonya ditayangkan di program TV BesoganBESOGON TV via BBC INDONESIA Konstantin Tulinov, yang fotonya ditayangkan di program TV Besogan

Agustus lalu, saluran televisi pemerintah Rusia menayangkan berita tentang seorang pria yang memohon untuk pergi ke garis depan dan akhirnya terbunuh di Ukraina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com