Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/01/2023, 22:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Sejumlah polisi dengan senjata gas air mata dan perlengkapan antihuru-hara berkumpul di Universitas Jamia Millia Islamia di New Delhi pada Rabu (25/1/2023), untuk mencegah pemutaran film dokumenter BBC tentang Perdana Menteri Narendra Modi. Beberapa mahasiswa bahkan ditahan setelah terlibat bentrok dengan kepolisian.

Adegan serupa terjadi di beberapa universitas lain pekan ini. Di Universitas Hyderabad misalnya, penyelidikan terhadap sekelompok mahasiswa yang memutar film dokumenter itu diluncurkan oleh administrator kampus.

Di sebuah universitas di Kerala selatan, anggota partai hindu-nasionalis Modi, Partai Bharatiya Janata (BJP), muncul untuk memprotes pemutaran film tersebut.

Baca juga: Alasan Dokumenter BBC Terkait Narendra Modi Dilarang Keras di India

Sementara di Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi, listrik dan internet diputus untuk menghentikan pemutaran film itu di serikat mahasiswa.

"Jelas pemerintah yang memutus aliran listrik,” kata ketua mahasiswa Aishe Ghosh. "Kami mendorong kampus-kampus di seluruh negeri untuk mengadakan pemutaran film sebagai tindakan perlawanan atas penyensoran,” tambahnya.

Ghosh juga mengeklaim bahwa beberapa mahasiswa dilukai oleh anggota kelompok sayap kanan dengan melemparkan batu ke arah mereka.

Baca juga: India Blokir Dokumenter BBC Terkait PM Narendra Modi

Pemerintah memang tengah berupaya menghentikan siapa pun di negara itu untuk menonton film dokumenter berjudul "India: Pertanyaaan Modi” itu. Dokumenter yang terdiri dari dua bagian itu membahas tentang sang perdana menteri dan perannya dalam politik India.

Pemerintahan Modi menyebut film itu sebagai propaganda, dan telah melarangnya untuk disiarkan atau dibagikan di media sosial.

Twitter dan YouTube tunduk pada pelarangan itu, begitu pula beberapa universitas memblokir mahasiswa untuk memutar film tersebut.

Baca juga: Telepon PM India, Zelensky Minta Dukungan Modi Terkait Formula Perdamaian Rusia-Ukraina

Catatan kebebasan pers yang buruk

Tekanan yang begitu kuat dari pemerintahan Modi pun tak pelak memicu tuduhan penyensoran dan serangan terhadap kebebasan pers dari lawan-lawan Modi.

Mahua Moitra, seorang anggota parlemen dari partai Kongres Trinamool Seluruh India (AITC), bahkan mengunggah tautan ke film tersebut di akun Twitter-nya seraya menuliskan: "baik, buruk, atau jelek - kami yang memutuskan. Pemerintah tidak berhak mengatur kami apa yang harus ditonton.”

"Anda bisa melarang, Anda bisa menekan pers, Anda bisa mengontrol institusi, tapi kebenaran adalah kebenaran. Dia selalu punya cara untuk muncul,” kata Rahul Gandhi, pemimpin partai oposisi Kongres Nasional India (INC) kepada wartawan pada Selasa (24/1/2023).

Human Rights Watch menyebut upaya pelarangan tersebut sebagai tipikal pemerintahan Modi, yang dinilai kerap mengambil tindakan keras untuk membatalkan liputan yang tidak disukainya.

Insiden pelarangan ini memang bukan pertama kalinya. Organisasi Reporters Without Border bahkan menempatkan India di peringkat 150 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia terbarunya. Angka itu turun delapan peringkat dalam setahun.

Baca juga: PM Narendra Modi: Presidensi G20 India Akan Berorientasi pada Tindakan

Propaganda Inggris atau kebenaran pahit?

Film dokumenter karya BBC yang dilarang Modi itu telah dirilis pada minggu lalu di Inggris, terdiri dari dua bagian yang memuat perjalanan karier politik sang perdana menteri.

BBC menginvestigasi kerusuhan anti-Muslim tahun 2022 di Gujarat, di mana Modi menjabat sebagai menteri utama di bagian pertama. Sementara di bagian kedua berfokus pada rekam jejak politik Modi sejak terpilih kembali pada 2019.

New Delhi mengecam dokumenter tersebut karena memiliki pola pikir kolonial, menyebutnya sebagai "propaganda" dan "sampah anti-India".

BBC di sisi lain memastikan bahwa film itu telah "diriset secara ketat” dan telah memasukkan banyak pandangan berbeda tentang Modi dan kariernya, termasuk dari orang-orang di partainya sendiri.

Pemerintahan Modi juga tidak menjawab permintaan wawancara dari BBC. "Kami menawarkan hak jawab kepada Pemerintah India terkait masalah yang diangkat dalam serial tersebut, tapi pemerintah menolak untuk menanggapi," kata BBC.

Baca juga: Untuk Kali Pertama, Xi dan Modi Akan Bertemu Langsung Sejak Bentrok Perbatasan pada 2020

Lebih jauh tentang dokumenter BBC

Film dokumenter itu menunjukkan bahwa Modi, seorang nasionalis Hindu, tidak berbuat banyak untuk meredam kekerasan atas Muslim Gujarat pada 2002. Lebih dari 1.000 orang tewas selama tiga hari kerusuhan di negara bagian barat itu.

Sejumlah aktivis, korban, dan jurnalis yang diwawancarai untuk film tersebut mengatakan bahwa pihak berwenang gagal melindungi mereka. Sementara kritikus mengatakan hal itu adalah bukti ketidakpedulian Modi terhadap populasi Muslim di India.

Tuduhan semacam ini telah menghantui Modi selama beberapa dekade, namun ia menyangkal melakukan kesalahan, bahkan telah dibebaskan dua kali oleh Mahkamah Agung India.

Meski begitu, dokumenter BBC itu muncul dengan informasi baru yang diperoleh dari penyelidikan diplomatik Inggris yang sampai pada kesimpulan bahwa Modi bertanggung jawab langsung atas iklim impunitas” yang terjadi selama kerusuhan.

Jack Straw, Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, mengatakan kepada BBC bahwa hasil penyelidikan menemukan kaum nasional Hindu berusaha "membersihkan Muslim dari wilayah Hindu,” dengan mengatakan bahwa seluruh insiden itu mengandung "ciri khas pembersihan etnis.”

Baca juga: Mengapresiasi Misi Sulit Jokowi yang Melewati Nyali Modi dan Xi Jinping

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Global
Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Global
AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

Global
Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Global
Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Global
Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Global
Bulgaria Akan Kirim Senjata Era Soviet yang Sudah Tua dan Cacat ke Ukraina

Bulgaria Akan Kirim Senjata Era Soviet yang Sudah Tua dan Cacat ke Ukraina

Global
Korea Utara Masukkan Status Senjata Nuklir ke Dalam UU

Korea Utara Masukkan Status Senjata Nuklir ke Dalam UU

Global
Ledakan Besar Terjadi di Dekat Bandara Ibu Kota Uzbekistan

Ledakan Besar Terjadi di Dekat Bandara Ibu Kota Uzbekistan

Global
[POPULER GLOBAL] Pemenang Lotre Dikritik | Update Ledakan Nagorno-Karabakh

[POPULER GLOBAL] Pemenang Lotre Dikritik | Update Ledakan Nagorno-Karabakh

Global
Awalnya Mengira Kucing, Wanita Ini Selamatkan Bayi Macan Kumbang lalu Merawatnya hingga Dewasa

Awalnya Mengira Kucing, Wanita Ini Selamatkan Bayi Macan Kumbang lalu Merawatnya hingga Dewasa

Global
Serang Balik Rusia, Ukraina Evakuasi Semua Anak di Dekat Zaporizhzhia

Serang Balik Rusia, Ukraina Evakuasi Semua Anak di Dekat Zaporizhzhia

Global
Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman

Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman

Global
Hakim AS: Trump Tipu Bank dan Asuransi Saat Bangun Kerajaan Real Estat

Hakim AS: Trump Tipu Bank dan Asuransi Saat Bangun Kerajaan Real Estat

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com