BEIJING, KOMPAS.com - Para pembuat peti jenazah di bagian utara Provinsi Shanxi, di China sedang sibuk memenuhi pesanan. BBC melihat para pemahat andal mengukir kayu yang masih baru dipotong.
Dalam beberapa bulan terakhir, mereka mengaku belum sempat beristirahat.
Seorang penduduk desa yang hendak memesan peti mengatakan bahwa peti-peti jenazah di daerah itu sudah habis terjual.
Baca juga: Menengok Kondisi Terkini Pasar Huanan di Wuhan yang Jadi Asal Penyebaran Covid-19...
Ia tertawa dengan sentuhan humor gelap yang menjadi ciri khas daerah itu bahwa para pekerja di sektor pemakaman telah meraup "keuntungan kecil".
Ada banyak perdebatan terkait angka kematian sebenarnya akibat Covid-19 di China di kala virus menyebar ke kota-kota besar.
Sekitar 80 persen dari populasi, yakni lebih dari satu miliar orang, telah mengidap Covid-19 sejak China mencabut kebijakan nol-Covid Desember 2022, menurut epidemiolog terkemuka Wu Zunyou.
Baca juga: UPDATE Covid China: Hampir 13.000 Pasien Meninggal di RS pada 13-19 Januari 2023
Akhir pekan lalu, China melaporkan jumlah kematian terakait Covid mencapai 13.000 jiwa dalam waktu kurang dari seminggu, menambah total kematian awal, yakni 60,000 jiwa yang sudah tercatat sejak bulan Desember.
Namun, angka kematian tersebut belum tentu mencerminkan situasi yang sebenarnya.
Sebab, kematian yang dihitung hanya yang terjadi di rumah sakit, sementara di desa-desa hanya ada sedikit layanan kesehatan dan pengidap Covid-19 yang meninggal di rumah sebagian besar tidak terhitung.
Bahkan, sampai sekarang belum ada estimasi resmi terkait angka kematian di wilayah pedesaan. Tetapi BBC menemukan bukti bahwa jumlah korban yang tewas kian meningkat.
Baca juga: China Sebut Wabah Covid-19 Telah Infeksi 80 Persen Populasinya
BBC mengunjungi krematorium lain dan mereka pun juga sibuk. Sejumlah pelayat berpakaian putih bergerak maju sambil membawa kotak upacara yang kemudian akan diisi jenazah orang yang mereka kasihi.
Di desa lain, BBC melihat sepasang pria dan perempuan memindahkan beberapa burung besar yang terbuat dari kertas tisu pada bagian belakang truk pengangkut.
”Ini adalah bangau. Anda menunggangi bangau ke alam baka,” kata perempuan itu.
Sembari mereka memasukan lambang-lambang agama Buddha lainnya yang dibentuk dari kertas tisu, mereka mengatakan ada ledakan permintaan untuk dekorasi pemakaman. Bahkan dua sampai tiga kali lipat dari biasanya.
Baca juga: Jepang Pertimbangkan Turunkan Kategori Covid-19 ke Level Tak Terlalu Serius