Sogbesan berkata, inventaris benda-benda yang dikembalikan dipublikasikan sehingga orang-orang bisa terlibat dalam diskusi dan menjadi bagian dari perjalanan, sekaligus berkontribusi untuk memastikan benda-benda ini tidak dicuri lagi.
"Sejujurnya, masih banyak yang harus dilakukan, baik di Nigeria maupun di luar negeri. Semua orang harus dilibatkan dalam diskusi tentang restitusi dan menyadari benda-benda apa saja yang dikembalikan," katanya kepada BBC.
"Terutama orang-orang Benin, mereka harus menjadi partisipan utama dalam kisah ini, karena beberapa benda sepertinya membutuhkan upacara adat untuk menyambut mereka."
Sogbesan meyakini hanya sedikit benda yang dikembalikan, supaya Jerman bisa mengetes air dan melihat bagaimana proses ini bisa berjalan selanjutnya.
Baca juga: Kastil Arundel di Inggris Dibobol Maling, Artefak Lebih dari Rp 20 Miliar Raib
Menteri Informasi Nigeria Lai Mohammed berkata dalam upacara penyerahan, bahwa perubahan sikap ini datang dengan cepat, menurut laporan DW.
"20 tahun yang lalu, bahkan 10 tahun lalu, tidak ada yang menduga perunggu-perunggu ini akan pulang ke Nigeria, karena rintangan-rintangan yang menghalangi repatriasi tampak begitu besar," imbuhnya.
Komisi Nasional untuk Museum dan Monumen Nigeria telah mengeluarkan surat permintaan repatriasi secara formal ke banyak museum di seluruh dunia.
Pada 2026, pemerintah Nigeria berencana membuka Museum Edo untuk Karya Seni Afrika Barat di Kota Benin, yang didesain oleh arsitek Inggris-Ghana Sir David Adjaye.
Museum ini akan menjadi rumah bagi koleksi terbesar Perunggu-Perunggu Benin yang pernah dikumpulkan.
Baca juga: Selama 18 Tahun, Turki Berhasil Bawa Pulang 4.440 Artefak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.