Sarekenov menegaskan, ketika dunia sedang dihadapkan pada tantangan yang terkait dengan kesulitan geopolitik dan ekonomi saat ini, kerja sama yang lebih erat antara Kazakhstan dan Indonesia menjadi penting.
"Kami bertekad untuk memperkuat hubungan kami dengan Indonesia di tahun mendatang, yang menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara negara-negara kami. Kami telah menetapkan dasar yang kuat untuk memperluas kerja sama kami. Saya memiliki setiap alasan untuk percaya bahwa kita akan mencapai tujuan kita bersama-sama karena kita berbagi keinginan untuk ikatan yang kuat," jelas dia.
Sarekenov menyampaikan, dunia telah menghadapi banyak kesulitan pada tahun 2022.
Beberapa kesulitan itu akrab, sedangkan yang lain mungkin tidak pernah terbayangkan akan terjadi setahun yang lalu.
Baca juga: Kazakhstan Panggil Dubes Rusia Gelar Pembicaraan Serius, Ini Sebabnya
Dia berpendapat, situasi di Ukraina khususnya, telah memengaruhi seluruh dunia, termasuk secara tidak langsung menyebebkan kemerosotan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang meresahkan.
Sarekenov mengatakan, efek samping perang telah berdampak pada semua ekonomi, termasuk Kazakhstan, dan bahaya resesi di seluruh dunia serta inflasi yang meroket merusak sentimen bisnis di wilayah Asia Tengah.
"Kazakhstan bisa berbalik ke dalam dengan latar belakang yang sulit ini, terutama mengingat peristiwa tragis yang terjadi di negara kami pada Januari 2022, ketika kami menghadapi upaya kudeta melalui kekerasan bersenjata," ucap dia.
Sarekenov menyebut, pada saat itu banyak orang skeptis bahwa Kazakhstan akan pulih.
Beberapa mempertanyakan apakah hal itu akan tercapai, terlepas dari janji dan komitmen kuat pemerintah untuk reformasi, demokratisasi, dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berkelanjutan.
"Ketika kami mendekati akhir tahun yang bergejolak ini, kami dapat dengan yakin menyatakan bahwa Kazakhstan telah menepati janjinya. Kami telah mengubah negara kami melalui inisiatif politik dan sosial ekonomi yang signifikan, selain menunjukkan ketahanan dan stabilitas kami," kata dia.
Baca juga: Ada Mobilisasi Militer, Banyak Warga Rusia Lari ke Kazakhstan
Setelah referendum nasional pada bulan Juni, Kazakhstan menerapkan amandemen konstitusi untuk mengurangi kekuasaan Presiden, parlemen yang lebih berpengaruh, Mahkamah Konstitusi independen, membuat partai politik baru, pemilihan langsung Walikota, dan perubahan penting lainnya.
Pada bulan November, Kazakhstan pun telah mengadakan pemilihan presiden di bawah konstitusi baru.
Itu berarti bahwa semua kepala negara di masa depan, termasuk Presiden Kassym-Jomart Tokayev saat ini, akan menjalani masa jabatan tujuh tahun tanpa hak untuk dipilih kembali.
"Pemilu yang adil dan transparan telah menjadi tonggak penting dalam pembangunan demokrasi negara kami," ucap Sarekenov.
Dia menyampaikan, peristiwa kerusuhan Kazakhstan pada Januari lalu juga telah memberikan pelajaran berharga.